Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #17

Halo Aku

Alata kini tengah memperkenalkan situasi rumahnya kepada Akari. Terlihat mereka sedang berkeliling rumah mereka sebelum menginjak rumah barunya nanti. Alata mengajaknya berkeliling dari rumah bagian depan hingga bagian belakang. Dari ruang tamu, kamar, ruang tengah, dapur hingga taman belakang. Akari mencoba mengingat kembali apa yang ditunjukkan oleh kakaknya. Ia berusaha mengingat tentang isi rumah dan memori yang pernah terekam dalam kepala Akari sebelum ia mengalami kecelakaan satu minggu yang lalu. Mencoba menebak-nebak apa saja yang sudah ia lakukan dan kerjakan di rumah lamanya ini.

“Kak, bolehkah aku bertanya?” tanya Akira kepada Akari yang selalu mengikuti kemanapun kedua kakaknya berjalan dan berkeliling. Ia tampaknya memiliki banyak pertanyaan di benaknya. Pertanyaan yang mungkin sangat mendasar atau bahkan yang sangat rumit hingga memenuhi isi kepalanya. Alata dan Akari berhenti sejenak.

“Boleh, tapi jangan pertanyaan yang aneh-aneh atau mencoba menjahili kami lagi,” pesan Akari yang tidak ingin terjatuh di lubang yang sama. Alata tersenyum.

“Tidak-tidak, tentu saja tidak. Aku ingin menanyakan hal biasa saja.” jawabnya.

“Baiklah, apa itu?” tanya Akari sedikit menundukkan tubuhnya mendekat.

“Bukan bertanya kepada kak Akari. Ini pertanyaan untuk kak Alata.” Akira menggeleng kemudian menunjuk kakak sulungnya. Alata sontak mengangkat satu alisnya bingung. Akari turut menoleh kepada kakaknya, Alata.

“Baiklah, apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya Alata mendekat kepada Akira.

“Jangan disini. Nanti kak Akari dengar. Ayo agak menjauh dari kak Akari,” ucap Akira yang seolah itu adalah pertanyaan rahasia. Akari yang mendengar itu mengerutkan keningnya ingin protes. Namun, Akira sudah berlari menarik kakaknya menjauh dari dirinya. Alata menoleh kepada Akari dan tertawa.

“Sudah, jangan jauh-jauh. Kak Akari sudah tidak bisa mendengar kita.” Alata menghentikan langkahnya yang otomatis membuat langkah Akira turut terhenti.

“Kak Akari jangan menguping!” teriak Akira yang padahal jarak mereka tidak sejauh itu. Akari yang masih menggembungkan pipinya hanya mengangkat jempolnya. Akira tanpa ragu bertanya tentang hal yang membuat Alata terdiam.

“Kak, kemarin kan kakak, mama, dan papa berdebat tentang kak Akari akan diambil oleh kak Ketsu saat berusia delapan belas tahun.” ucap Akira yang membuat Alata sontak berjongkok menghadap adiknya.

“Hey! Kamu mendengar percakapan itu? Bukankah kamu kemarin tertidur?” tanya Alata yang seketika mengubah ekspresi wajahnya menjadi panik. Takut Akari akan mendengar percakapan mereka. Ia menoleh ke arah Akari sekilas.

“Memang Akira tertidur. Tapi setelah mendengar percakapan yang itu,” jawab Akira. Alata mencoba mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang.

Lihat selengkapnya