Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #18

Rumah Baru

Keesokan paginya mereka sampai di rumah baru. Mereka menghabiskan seluruh malam dalam perjalanan ke rumah barunya. Jarak tempuh dari rumah lama ke rumah baru cukup jauh. 9 jam perjalanan termasuk istirahat makan dan ke rest area. Akira yang tampaknya lebih antusias dari anggota keluarganya yang lain terus menerus bertanya di sepanjang perjalanan kapan mereka akan sampai. Hasil tak akan mengkhianati usaha. Pukul 4 pagi ia mendengar jawaban dari papanya bahwa mereka telah sampai di rumah barunya. Akira yang terbangun lebih dulu sontak berteriak.

“Yeay! Kita sampai!” teriak Akira yang membuat mamanya, Alata dan Akari terkejut dan terbangun. Mamanya yang melihat mobil mereka sudah terparkir rapi mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba bangun dari alam mimpinya. Akari yang sebelumnya tertidur di pangkuan kakaknya perlahan duduk dan menoleh kepada Akira.

“Mengapa kamu berteriak sekencang itu Akira?” tanya Alata yang masih mensinkronkan pandangannnya kepada adik bungsunya. Akari yang nyawanya belum sepenuhnya terkumpul masih setengah tertidur dan menyandarkan kepalanya di pundak kakaknya. Pelaku yang membangunkan semua orang hanya tertawa renyah.

“Mama, tolong bantu Akira turun. Bantu Akira turun,” ucapnya sambil melompat lompat kecil. Papanya yang melihat sikap antusias dari putra bungsunya tertawa. Mamanya pun membuka pintu mobil dan membantu Akira untuk turun.

“Akari bangun, sudah sampai. Ayo bantu papa dan mama menurunkan barang,” pinta Alata kepada Akari yang masih dengan nyamannya tertidur.

“Satu menit lagi tolong,” jawab Akari dengan suara yang hampir tak terdengar.

“Tidurlah di dalam rumah Akari, sofa di ruang tamu sudah tertata,” bujuk Alata.

“Baiklah, baiklah.” jawab Akari sembari mengangkat kepalanya mencoba menyadarkan diri dari alam bawah sadarnya. Alata pun turun untuk membantu mama dan papanya menurunkan barang bawaan mereka. Setelah semua barang sudah masuk ke dalam rumah, mama dan papanya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan sedang mencari sesuatu. Alata yang menyadarinya pun bertanya.

“Sedang mencari apa Pa? Ma?” tanya Alata. Akira turut menoleh kepada Alata.

“Adikmu kemana?” tanya papanya. Mamanya mengangguk satu pemikiran.

“Lah ini?” tunjuk Alata kepada Akira. Akira juga mengangkat tangannya.

“Bukan Akira. Adik tengahmu si Akari,” ucap mamanya.

“Eh loh iya. Kemana adikku yang satunya lagi?” jawab Alata turut mengedarkan pandangan mencari keberadaan Akari. Mereka pun memanggil-manggil namanya.

“Mungkin dia sedang memilih kamar yang cocok untuk dirinya di lantai atas,” tebak Alata. Papa dan mamanya mengangguk-angguk kemudian melanjutkan menata perabotan yang masih berserakan di sekitar mereka.

Jam menunjukkan pukul tujuh tepat. Namun, Akari belum muncul di sekitar mereka. Makanan untuk sarapan mereka sudah tersaji di meja makan.

“Alata, panggil adikmu agar cepat turun. Waktunya sarapan,” perintah papanya.

“Baik pa,” jawab Alata yang langsung berjalan mencari Akari di lantai atas.

Alata mencari satu-persatu ruangan yang menunjukkan keberadaan adiknya. Namun, tak ada satu ruangan pun di lantai atas yang menunjukkan keberadaan Akari. Semua ruangan kosong, hanya ada barang barang yang belum tertata rapi. Alata pun bergegas turun untuk memberitahukan kepada yang lain bahwa Akari tidak ada di lantai atas. Dengan berlari ia berteriak memanggil mama dan papanya.

“Pa, ma, Akari tidak ada di lantai atas!” teriak Alata yang mengejutkan semua orang. Mamanya yang sedang minum hampir tersedak. Ketiganya menoleh ke arah Alata yang tengah berlari menghampiri meja makan.

“Jangan bercanda Alata,” ucap papanya masih mencoba tenang.

“Akari, Cepat turun! Jangan coba-coba untuk bersekongkol dengan kakakmu. Sudah waktunya sarapan!” panggil mamanya sedikit berteriak.

“Alata tidak berbohong pa, ma. Akari benar-benar tidak ada di lantai atas.” Alata mencoba meyakinkan kedua orangtuanya bahwa perkataannya memang benar.

Tanpa sepatah kata lagi kedua orangtuanya berdiri dan mencari keberadaan Akari di lantai atas. Akira yang sudah terhipnotis dengan semangka di depannya memilih untuk duduk dan menghabiskan potongan semangkanya. Papa dan mamanya serta Alata mencari di seluruh ruangan lantai atas namun nihil.

Mereka pun turun dan mencari di seluruh ruangan di lantai bawah. Tetap nihil. Tak ada batang hidung Akari di ruangan manapun. Akira yang melihat papa dan mamanya serta kakaknya mencari sesuatu mengingatkan Akira bahwa mainannya tertinggal di dalam mobil. Akira pun berlari menuju mobil untuk mengambilnya.

Lihat selengkapnya