Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #19

Akira

"Akira, jangan bermain air. Nanti dimarahi mama lagi terus kamu disuruh mama mencuci dua baju loh,” ucap Akari sedikit gemas dengan tingkah adik bungsunya. Selalu membuat masalah.

“Tidak akan basah, aku hanya menyiram rumput dan tanaman ini,” ucap Akira yang masih sibuk menyemprotkan air ke rumput dan tanaman lain dengan selang yang digenggamnya. Alata hanya melihat saja, jika nanti terjadi sesuatu kepada Akira, dia berencana tidak akan membantu atau apapun. Dia sekarang dihukum karena adiknya.

“Aku sudah memperingatkan kamu ya. Awas saja kalau nanti mama marah,” ancam Akari kepada Akira kemudian melanjutkan mencuci baju miliknya. Alata yang sejak tadi sibuk mencuci baju mamanya yang penuh dengan cat kini telah selesai. Ia pun menjemurnya. Saat Alata sedang menjemur baju milik mamanya, Akira kembali berulah. Ia sengaja menyiram rumput di sekitar kakak sulungnya yang membuat celana Alata basah hingga lutut. Alata sontak menoleh dan menatapnya tajam.

“Akira!” bentak Alata yang membuat Akira terkejut kemudian menyembunyikan selang air di belakang tubuhnya. Namun, air itu malah mengenai kakak tengahnya. Baju Akari basah di bagian punggungnya. Akari sontak berteriak.

“Akira!” teriak Akari. Akira tersentak dan menjatuhkan selang air di tangannya. Ia terdiam menatap kedua kakaknya bergantian. Tatapan kesal dari kedua kakaknya membuat dirinya merasa terpojokkan. Tatapan kedua kakaknya begitu menakutkan.

“Kamu sulit diberitahu dengan kata-kata ya,” lanjut Akari kemudian berdiri untuk menjemur baju miliknya yang terkena cat di kejadian sebelumnya. 

Akira terdiam menatap kakak tengahnya yang sedang berjalan perlahan menuju dirinya. Diikuti Alata di belakangnya dengan melipat tangan di depan dadanya. Air dari selang itu masih mengalir deras. Akira tidak berani menyentuhnya atau kakaknya akan marah. Akari melirik sekilas adik bungsunya kemudian mengambil selang di bawahnya dengan kasar. Suasana tegang memenuhi taman belakang. Dua lawan satu.

“Baiklah jika seperti ini maumu,” ucap Akari kepada Akira yang masih tertegun.

“Maaf kak, tidak sengaja.” Akira tampak ketakutan mendengar kalimat Akari.

“Aku tidak mau mencuci baju sendirian!” teriaknya sembari menyemprotkan sedikit air kepada adik bungsunya. Alata yang mengira Akari akan mewakili dirinya memarahi Adik bungsunya terkejut. Alata menurunkan alisnya kesal.

“Akari! Akira! Apa yang kalian lakukan?” marah Alata kepada kedua adiknya. Namun, Akari dan Akira malah saling siram. Mereka berlarian saling mengejar hanya untuk menyiram satu sama lain. Akari dan Akira begitu menikmati permainan mereka. Akira pun mengambil air satu timba kecil yang penuh dengan air. Ia ingin mengguyur kakak tengahnya dengan air itu karena selang air miliknya berada di tangan Akari. 

Tidak tinggal diam, Akari merebutnya agar ia tidak terkena guyuran air dari satu timba punuh. Perang perebutan timba pun berlangsung sampai sesaat kemudian mereka tidak sengaja menyiram kakak sulungnya dengan air dari timba yang mereka perebutkan. Alata yang ingin melangkah masuk rumah pun terhenti. Tubuhnya basah kuyup karena kedua adiknya. Akari dan Akira sontak terpaku melihat kondisi Alata.

“Maaf,” ucap Akari dan Akira pelan kemudian melipat tangannya ke belakang.

“Tidak akan dimaafkan,” ucap Alata kemudian mengejar kedua adiknya. Mereka pun saling kejar di taman belakang rumah mereka. Akira yang selalu menjadi biang pertengkaran mereka memenuhi timba kecil itu dengan air selagi kedua kakaknya saling berkejaran. Tawa lepas dan cipratan air memenuhi seluruh taman belakang.

“Kakak! Ambil ini!” teriak Akira lantas mengguyurkan air dari timba yang ia isi sebelumnya. Keberuntungan tak lagi berpihak kepada mereka bertiga. Saat Akira mengguyurkan air dalam timba kecil itu, Akari dan Alata terpeleset selang air yang diinjaknya. Air itu tak mengenai kedua kakaknya melainkan terguyur ke arah mama mereka. Basah kuyup sudah. Kembali mereka terdiam tak mampu bergerak bahkan berkata-kata. Untuk kedua kalinya mereka terlibat masalah dengan mamanya. Entah sepertinya mamanya sedang mendapat tamu bulanannya, karena itulah mama mereka mudah tersulut emosi. Mama mereka berkacak pinggang di depan ketiga anaknya.

Lihat selengkapnya