Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #21

Alata

“Halo, selamat pagi. Baik pak, sudah. Untuk file dokumen sudah saya kirim ke email bapak. Baik pak. Baik, segera saya laksanakan. Terima kasih kembali,” ucap papa mereka dengan orang di seberang telepon. Akari yang sudah siap berangkat ke sekolah menengah pertama untuk mendaftarkan diri menoleh ke arah papanya. Ia keluar dari kamar karena papanya sudah ada di depan pintu kamarnya.

“Ada apa pa? Kenapa terburu-buru?” tanya Akari sembari menggendong tasnya.

“Akari, papa minta maaf ya, hari ini papa ada rapat mendadak dengan atasan papa. Daftar ke sekolahnya ditemani kak Alata saja ya?” jawab papa Akari yang sontak membuat Alata tersedak minumanya. Akari turut menoleh ke kamar kakaknya mendengar kakaknya terbatuk-batuk.

“Alata sedang ada kelas pagi pa. Sekitar tiga puluh menit lagi selesainya,” jelas Alata yang memang sudah duduk di depan laptopnya. Pintu kamar Alata terbuka. Ia mendengar pembicaraan papa dan adik tengahnya. Itulah alasan mengapa Alata tersedak saat minum. Papanya melirik laptop di depan Alata yang sudah menyala kemudian melihat jam di pergelangan tangannya.

“Tidak apa-apa, sekolah Akari menutup pendaftaran pukul dua belas siang nanti, masih ada waktu. Sekarang pukul tujuh lebih empat puluh lima menit. Ini beberapa dokumen dan syarat-syarat yang harus diserahkan ke sekolah Akari. Nanti kamu berikan ke petugas yang mengurus dokumen ini. Selanjutnya ikuti arahan dari petugas di sana harus apa dan bagaimana. Papa percayakan Akari ke kamu ya Alata,” jelas papanya dengan menghampiri Alata masuk ke dalam kamarnya. Ia meletakkan dokumen tersebut di samping laptop Alata. Alata terdiam melihat dokumen milik adiknya itu.

“Sebentar, mengapa tidak mama saja pa? Nanti kalau ada kesalahan bagaimana? Alata juga masih harus menghadiri kelas lagi setelah istirahat ini,” elaknya keberatan.

“Mama sedang mengurus adik bungsumu. Badannya tiba-tiba panas tadi pagi. Seharusnya dia juga mendaftar sekolah pertamanya hari ini. Sudah, papa percaya padamu. Papa berangkat dulu. Jika ada yang ditanyakan hubungi mama saja,” jawab papa Akari kemudian keluar dari kamar Alata bergegas berangkat ke kantor.

“Tapi pa, bagaimana jika Akari telat?” teriak Alata mengejar papanya yang sudah turun setengah jalan. Papanya melanjutkan menuruni anak tangga dan mendongak ke lantai atas.

“Tidak akan, pendaftaran ditutup pukul dua belas nanti. Kalian daftar pukul sembilan pun masih bisa,” jawabnya. Alata yang bersandar di pagar lantai atas mencoba membuat wajah memelas. Namun, tidak berhasil. Papanya tidak meliriknya. Ia kini sedang terburu-buru.

“Kalau kelasnya tidak bisa ditinggal, Akari bisa mendaftar sendiri kak,” ucap Akari yang berdiri di belakangnya. Alata menatap Akari kemudian tersenyum.

“Tidak, kakak akan mengurusnya. Tapi bisakah kamu menunggu kakak selesai kelas? Kurang lebih tiga puluh atau empat puluh menit lagi kelas kakak selesai. Kakak hanya punya dua kelas hari ini. Tinggal satu kelas lagi,” jelas Alata panjang.

“Bisa kak.” Alata tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Akari lembut.

“Terima kasih,” jawab Alata yang dibalas senyuman manis Akari.

“Kamu tunggu dimana saja terserah. Nanti kalau kakak sudah selesai akan memanggilmu,” pinta Alata yang sudah kembali duduk manis di depan laptopnya.

“Bolehkah aku menunggu di dalam kamar kakak?” tanya Akari. Alata mengangguk.

Ruang kamar Alata cukup luas dan tertata rapi. Saat membuka pintu kamarnya sudah terlihat tempat tidur dan meja belajar di depannya. Tempat tidur Alata berada di pojok kamar menempel dengan jendela. Di kamar Alata juga terdapat balkon dengan ukuran panjang setengah dari ruang kamarnya dan lebar seukuran lebar kasurnya. Di belakang pintu masuk terdapat tiga lemari yang berjajar. Ada lemari baju, lemari koleksi dengan tema musik dan yang paling pojok ada lemari buku. Di depan lemari buku terdapat meja komputer untuk dia bermain game atau mengedit instrumen musik sebagai konten di akun media sosialnya. Disusul di pojok kamar sebelum pintu balkon terdapat tempat alat musik atau music corner miliknya. Terdapat dua macam gitar yaitu gitar senar dan gitar listrik. Ada juga sebuah keyboard yang terduduk manis di pojok sana.


###


“Ma, Alata dan Akari berangkat,” pamit Alata kepada mamanya. Ia sedang berada di dalam kamar Akira. Mamanya yang mendengar kedua anaknya berpamitan menoleh dan mengangguk. Alata mencium tangannya diikuti Akari di belakangnya. Ia melihat Akira sedang disuapi mamanya. Alata tersenyum hangat.

Lihat selengkapnya