“Ma, Akari pulang,” ucap Akari setelah sampai di rumahnya. Adik laki-lakinya yang masih berusia 2 tahun itu menghampirinya. Berjalan tertatih meminta digendong. Sesegera mungkin Akari menggendongnya sebelum adiknya, Akira terjatuh.
“Ma, hari ini makan malam apa?” tanya Akari menuju dapur.
“Makanan yang lezat ala chef mama,” ucap mama Akari sedikit tertawa.
“Hehe baiklah, Akari ingin mandi. Dimana kakak? Agar menggantikanku menjaga Akira.”
“Alata sepertinya bermain gitar di taman belakang.”
Tanpa sepatah kata lagi Akari menuju taman belakang menuju kakaknya Alata. Kakaknya yang berusia 16 tahun itu suka sekali dengan musik. Gitar yang dipegangnya adalah gitar kesayangannya.“
Kak, Akari ingin mandi. Tolong jaga Akira,” pinta Akari. Seolah mengerti hal itu Akira mengulurkan tangannya pada Alata. Kakaknya itu pun meletakkan gitarnya lalu berganti menggendong Akira.
“Baiklah,” ucapnya. Akari melangkahkan kaki menuju kamarnya.
###
"Kak Alata cepat turun! Makanan sudah siap," teriak Akari dari lantai bawah. Tak lama setelah itu Alata turun bersama Akira pada gendongannya. Makanan sudah tertata rapi di meja makan beserta tiga orang yang turut siap untuk menyantap makan malam tersebut. Akira beralih pada gendongan mamanya untuk makan. Makan malam berlangsung harmonis. Terdapat percakapan sederhana yang mengiringi sekali dua kali. Salah satunya adalah cerita dari Akari itu sendiri.
Ia menceritakan kepada mama, papa dan kakaknya tentang teman baru yang ia temui saat sedang bermain di hutan. Mama dan papanya terheran mengingat bahwa Akari sangat suka bermain di hutan dekat rumahnya.
"Kamu kenapa suka sekali bermain di hutan Akari? Dan lagi satu, ternyata ada juga anak yang suka bermain di hutan seperti dirimu. Papa kira hanya kamu yang ingin menyaingi dunianya Pak Tarzan," kelakar papanya. Semua orang di meja makan tertawa termasuk anaknya, Akari.
###
“Akari, cepat keluar. Kak Alata sudah menunggumu di depan. Nanti telat ke sekolahnya!” teriak mama Akari dari teras dengan menggendong Akira.
“Iya ma, Akari segera keluar,” jawab Akari tergopoh-gopoh.
Tak lama Akari telah bersiap dengan seragam sekolahnya, begitupun Alata. Ia menunggu diatas sepeda motornya yang seolah siap mengantarkan Akari dan dirinya menuju sekolah.
“Papa dimana ma?” tanya Akari sembari mencium tangan mamanya.
“Papa sudah berangkat sejak pukul 6 pagi,” jawabnya dengan mencium kening Akari. Sepersekian menit kemudian, mereka hilang di kelokan jalan.
Di sepanjang perjalanan Akari dan Alata hanya terdiam. Udara dingin di pedesaan ini begitu menusuk tulang. Namun melihat pohon berjajar di samping jalan mengingatkan Akari dengan Sora dan Ryu. Ia berpikir pulang sekolah nanti akan menemui mereka kembali dan mengajaknya bermain.
“Yang pintar sekolahnya. Jangan nakal-nakal. Nanti pulangnya mama yang jemput.”
“Siap kak, hati-hati di jalan!” jawab Akari sedikit berteriak.
Sesampainya di kelas, tampaknya ruangan itu masih sepi. Hanya tiga atau empat anak saja. Akari menuju tempat duduknya dan melihat ke arah jendela, ruang kelasnya berada di lantai dua bangunan utama dan kebetulan meja Akari berada di samping jendela sehingga tampak sekali lapangan luas dari tempatnya duduk. Semakin lama bangku-bangku penuh dengan siswa, lantas 5 menit kemudian pelajaran dimulai. Semua menyimak dengan baik dan sesekali bertanya.
Saat jam istirahat, Akari diajak bermain di luar bersama teman temannya. Mereka bermain petak umpet. Saat itu Akari mendapat tugas berjaga. Ia mulai menghitung dari 10. Teman-temannya dengan teriakan khasnya berlari mencari tempat sembunyi. Beberapa menit kemudian mereka semua berhasil ditangkap oleh Akari seorang diri. Mereka suit untuk menentukan siapa yang berjaga selanjutnya. Tetapi bel masuk berbunyi, mereka merengek protes karena belum puas bermain. Pelajaran kembali dimulai seperti biasanya.
Kriiingg…..
Bel pulang berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar. Akari mengingat pesan Alata tadi pagi. Mamanya akan menjemput saat ia pulang, yang berarti Akari harus menunggu mamanya di kursi tunggu di samping pos satpam sekolah.
###
"Sora, Ryu, mari bermain! Kalian dimana? Kalian sudah datang?" tanya Akari sedikit berteriak. Ia kemudian duduk di tepi danau putih bersandar pada batu besar.
Lima menit kemudian Akari tertidur. Saat terbangun tiba-tiba Sora dan Ryu sudah berada tepat di samping kanan dan kirinya.