Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #5

Aku bersamamu

“Ma, Akari pergi jalan-jalan seperti biasa ya ma. Akira, kakak pergi dulu ya,” pamit Akari pada mama dan adik bungsunya. Ia mengambil kamera lalu mencium tangan mamanya. Mengacak rambut Akira dan mulai melangkah ke pintu depan.

“Hati-hati, jangan pulang terlalu sore,” pesan mama Akari dengan senyumnya.

“Siap ma, laksanakan!” teriak Akari dari pintu depan. Ia mulai menutup pintu dan berlari menuju hutan agar sempat bertemu dengan Sora ataupun Ryu.

Sesampaunya di pintu hutan, tampak kabut memenuhi jalan setapak yang biasanya ia lalui. Seperti kepulan asap kebakaran. Akari bingung harus melanjutkan perjalanan atau kembali pulang. Beberapa menit sia-sia. Akari memutuskan untuk melangkah perlahan. Masuk lebih jauh ke dalam hutan. Nampak dua ekor naga sedang bertarung di atas danau putih. Tempat dimana Akari, Sora, dan Ryu biasa bermain. Entah siapa kedua naga disana. Dan entah apa pula alasa kedua naga itu bertarung.

Akari memutuskan untuk bersembunyi di balik pohon dan semak-semak. Ia mengintip dari sela-sela daun untuk mengamati siapa sebenarnya kedua naga itu. Apakah salah satunya adalah Ryu sahabatnya? Tampak peperangan sengit terjadi di atas permukaan danau. Saling menyembur dan disembur api. Saling serang dan menghindar. Tak lama setelah itu, salah satu naga yang tubuhnya lebih besar merubah bentuk menjadi manusia. Itu bukan Ryu temannya, tetapi seseorang yang lain. Seseorang yang wajahnya hampir mirip dengan Ryu namum lebih dewasa dari sahabatnya itu. Naga yang lain juga turut berubah menjadi manusia. Itu Ryu, sahabat Akari dan Sora.

“Cukup! Kita akan menghancurkan hutan ini jika terus beradu kekuatan. Bukan disini tempatnya!” bentak Ryu pada kakaknya.

"Memang ada apa dengan hutan ini? Mengapa kamu bisa sampai disini? jangan bilang disinilah tempat kamu bertemu dengan anak pegasus itu, hah?! Tempat macam apa ini? Tidak seperti Negara Api!" balasnya membentak. Ryu memalingkan wajah tak ingin menjawab lebih.

"Jika kakak mengira ini bukan Negara Api, mengapa kakak bisa sampai disini? Mengikutiku? Kakak tidak ada pekerjaan lain? Mengapa tidak kembali berlatih saja?" sinis Ryu yang tak ingin perdebatan ini semakin panjang.

"Justru kakak ingin mengajakmu berlatih! Tetapi apa? Kamu malah pergi ke tempat asing seperti ini," jawabnya tak kalah sinis.

"Memang tidak boleh Ryu jalan-jalan sebentar? Ryu hanya ingin beristirahat. Mengumpulkan tenaga sebelum diforsir habis oleh kakak dan ayah," jelasnya.

“Kakak?” lirih Akari lalu bersandar di belakang pohon. Ia terkejut ternyata seseorang di depannya adalah kakak Ryu. Akari baru saja teringat jika Ryu memiliki kakak. Dan dialah orangnya. Sosok tinggi tegap yang wajahnya hampir mirip dengan Ryu. Dengan sifat yang lebih pemarah daripada adiknya.

“Ternyata kakaknya, pantas saja mirip. Tapi mengapa mereka bertengkar?” batin Akari menggenggam erat kamera miliknya. Bingung dengan yang saat ini terjadi.

“Kakak tidak ingin ada alasan lagi Ryu! 1 minggu ke depan kamu harus siap berperang melawan bangsa pegasus! Bangsa naga harus menang! Tak ada kata kalah!” kakak Ryu tak henti-hentinya membentak adiknya.

“Perang?” Akari masih mencoba mengontrol suaranya agar tidak ketahuan oleh Ryu dan kakaknya. Namun keberuntungan sedang tidak berada di pihak Akari. Saat ia ingin mengintip kembali apa yang terjadi di dekat danau putih sana, Akari salah berpijak dan terpeleset akar pohon yang licin. Suara semak-semak yang tertindih sangat keras. Dengan spontan Akari mengaduh kesakitan. Ryu dan kakaknya menoleh. Gerakan refleks kakak Ryu yang secepat kilat itu hampir membunuh Akari. Ia sigap berubah menjadi naga lalu menyerang Akari dengan semburan apinya. Pohon dan semak-semak itu terbakar. Gerakan Reflek Ryu tak kalah cepat dengan kakaknya. Ia menangkup tubuh Akari dengan tubuhnya lalu membantunya menjauh.

“Kak Rie! Kakak bisa membunuh seorang anak seumuranku!” Ryu membentak kakaknya yang masih menjadi seekor naga. Rieyu mengubah dirinya kembali menjadi seorang manusia. Akari menahan rasa sakitnya pada pelukan Ryu.

"Dia menguping!" bentak Rieyu tidak terima.

"Dia takut dan bersembunyi dari kita!" bela Ryu. Kakaknya memutar bola mata jengah.

Lihat selengkapnya