Di hari-hari berikutnya Akari masih tetap mengunjungi hutan meskipun sudah mengerti Sora dan Ryu tidak akan datang. Dengan tertatih karena kakinya yang masih terasa sakit, Akari rela menahannya hanya untuk bertemu kedua sahabatnya. Mereka akan berlatih untuk peperangan 3 hari lagi.
3 hari sudah Akari bermain disini sendiri, tanpa Sora maupun Ryu. Tak jarang pula ia meninggalkan jejak. Ia menghitung hari pada batu besar di bawah pohon. Tertera 3 garis vertikal berjajar rapi. Akari membuatnya dengan arang kayu bekas kebakaran 4 hari lalu, kejadian dimana Akari dan Ryu hampir saja terpanggang semburan api Rieyu. Akari membidik semua hal yang menurutnya menarik, meskipun kenyataannya Akari lebih sering membidik di atas permukaan danau putih. Dengan harapan, kedua sahabatnya tiba-tiba muncul dari sana.
“Mengapa kalian lama sekali berlatihnya? Apakah tak ada waktu untuk sekedar menyapa? Huhh, padahal 3 hari lagi aku lepas pisah. Kalian malah berperang. Sedih sekali aku,” lirih Akari menurunkan kameranya. Ia tertunduk lesu mengingat satu hal itu. Rasanya akan terjadi hal yang kurang mengenakkan nantinya.
“Mengapa kalian berperang? Tidak bisakah berdamai saja? Kalian akan saling menyakiti satu sama lain. Tidakkah kalian tahu hal itu?” Akari memutar-mutar kameranya karena tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Ia kemudian berbaring di samping batu besar memainkan kameranya di atasnya.
“Oh, jadi kamu yang menghasut adikku yang membuatnya tidak ingin berperang? Hey kamu! Tahu apa kamu tentang bangsa pegasus hah!” ucap seseorang tiba-tiba. Akari terbangun dan duduk.
“Eh? Siapa kamu!” teriak Akari terkejut kemudian berdiri menjauh.
“Aku Shinji kakak kedua Sora, jadi kamu gadis yang berada di foto ini? Foto yang selalu dibawa kemana-mana oleh Sora. Hanya selembar kecil namun mampu mengubah diri Sora! Apa maumu gadis kecil!” bentak Shinji menunjukkan potret mereka bertiga.
“Namaku Akari, dan percayalah, Sora tidak ingin berperang karena kemauannya sendiri. Akupun tidak tahu tentang perang ini sebelumnya. Sora ingin berdamai dengan bangsa naga. Sora ingin kedamaian yang nyata, bukan rekayasa!” jawab Akari mulai berani dengan Shinji. Ia maju satu langkah untuk melihat lebih jelas wajah kakak Sora. Shinji dengan tiba-tiba memegang erat kedua pundak Akari. Sepertinya kalimat Akari menyinggung Shinji
“Tahu apa kamu tentang bangsa pegasus dan naga?! atau jangan-jangan kamu bangsa naga? Tunjukkan wujudmu!” Shinji mendorong tubuh Akari menjauh. Dengan kekuatan yang dimiliki Shinji, Akari terpental membentur pohon di belakangnya. Kaki Akari terasa perih karena benturan itu. Sudah terlihat jelas kekuatan Akari tidak akan pernah sebanding dengan kekuatan naga maupun kekuatan pegasus.
“Naga macam apa kamu selemah itu? Pantas saja, ternyata temannya juga lemah! Membuat Sora menjadi lemah juga!” Shinji menyilangkan lengannya di depan dada memaki Akari yang terjatuh terduduk. Tubuhnya cukup keras membentur pohon. Akari menggenggam erat dadanya yang terasa sesak. Tangan kanannya meraih apapun di sekitarnya untuk digunakan menyerang. Tak ditemukannya apa-apa, hanya abu pohon yang didudukinya. Akari memutuskan untuk mengambilnya segenggam.
“Aku.. bukan.. naga..!” ucapnya tertatih dengan melemparkan abu pohon pada wajah Shinji di kata terakhir. Akari mulai berdiri dan sembunyi di balik pohon. Kesempatannya untuk berlari menjauh tinggal sedikit lagi. Shinji marah besar karena perlakuan Akari.
“Dasar gadis lemah! Menyerang dengan…” kalimat Shinji terhenti karena ada seseorang memanggilnya. Shinji menoleh.
“Apa yang kau lakukan disini? Aku mencarimu kemana-mana! Darimana juga kamu mengetahui tempat ini, tempat yang aneh. Cepat kembali berlatih!” perintah Shuji seolah sudah lelah mencari Shinji.
“Iya kak, Hey siapapun kamu! Aku akan membunuhmu jika kau masih menghasut adikku!” jawab dan teriak Shinji. Shuji mengerutkan kening bingung. Mereka pun merubah dirinya menjadi pegasus dan berlalu pergi meninggalkan danau putih. Tubuh mereka diselimuti awan yang membuat mereka tersamarkan.