Kobaran api mengganas melahap habis pohon disekelilingnya. Butiran salju menumpuk menggunung di atas rumput. Sebagian bangsa naga dan pegasus telah tergeletak penuh luka. Pertempuran masih memanas, saling serang dan diserang. Semburan api tak henti hentinya ditujukan kepada bangsa pegasus. Tangkisan salju tak kalah kuat untuk melindungi diri. Sampai suatu waktu Sora dengan Ryu bertemu.
Mereka menghentikan langkah bimbang. Mereka hanya berputar seolah ingin bertarung. Namun, serangan tak pernah diluncurkan. Mereka memulai rencana, bahwa mereka akan saling melesetkan serangan. Ryu mengangguk mengawali pertempuran ‘pura-pura’ mereka. Enam puluh menit pertama rencana mereka berhasil, enam puluh menit berikutnya rencana mereka dicurigai oleh pemimpin panglima bangsa naga. Tiga puluh menit selanjutnya pemimpin panglima bangsa pegasus menyerang Ryu.
Rencana mereka terbaca dengan jelas. Ryu diambil alih oleh pemimpin panglima pegasus, sedangkan Sora diambil alih oleh kepala panglima bangsa naga. Rencana mereka terbaca oleh panglima kerajaan. Keduanya dihajar habis-habisan. Luncuran es tajam mengarah sempurna kepada perut Ryu. Sabetan api terlempar telak mengenai punggung Sora. Sora dan Ryu meluncur cepat ke tanah. Mereka kalah telak, kedua panglima berubah menjadi manusia, sedangkan pasukan yang lain masih setia bertempur.
“Apa yang kalian lakukan?! Apa yang kalian rencanakan?! gerakan kalian telah terbaca, mengapa tidak saling menyerang!” bentak kepala panglima bangsa naga.
“Kalian memang lemah, atau kalian berteman?!” jawab panglima bangsa pegasus. Ryu dan Sora masih merintih kesakitan.
“Kami tak ingin pertempuran ini terjadi. Bahagia bukan berarti mengambil kedamaian bangsa lain,” ungkap Sora pada akhirnya. Ryu menoleh, terkejut dengan perkataan Sora. Ryu turut membuka suara membantu Sora.
“Tak bisakah bersatu untuk damai? Haruskah dengan sebuah pertempuran?”
“Sora!!” teriak Shinji, yang dilanjut serangan tikaman es. Sora tak melawan.
“Ryu!!” panggil Rieyu geram. Sabetan api mendarat murka di punggungnya.
Sora dan Ryu meneteskan air mata dalam diam, tak sanggup melawan beberapa orang yang terlalu berambisius akan keserakahan. Tangan Ryu mengepal erat, api menyala dalam genggamannya.
“Kau ingin marah hah? Ingin menyerang? Kenapa kau marah hanya pada kakakmu? Kau seharusnya marah dan menyerang bangsa pegasus Ryu! Dasar teman penghianat! Kau sama dengan temanmu itu!” bentak Rieyu serta menunjuk wajah Sora. Bangsa pegasus mulai berkacak pinggang.
“Apa maksudmu menghina adikku hah? Memang pantas dia menyerangmu! Seenaknya saja mengatakan adikku penghianat!” bela Shinji.
“Dan kamu Sora! Jangan jadi seperti yang orang ini bilang! Mengapa kau menghianati bangsamu sendiri hah!” bentak Shinji yang membuat Sora menggenggam salju dibawahnya dengan geram.
“Haha, kau pun mengakui bahwa adikmu seorang penghianat!” tawa Rieyu.
Amarah Sora dan Ryu memuncak. Kekuatan mereka bersatu memancarkan cahaya biru dan jingga. Mereka tak terkendali, membuat kedua panglima, Shinji serta Rieyu memundurkan langkah. Tubuh mereka melayang dan tak sampai satu menit pergerakan mereka dimulai. Tubuh mereka melayang berpilin rapi dengan cahaya biru jingga milik mereka. Mata keduanya menyala terang. Biru gradasi ungu dengan merah gradasi orange. Tibalah saatnya mereka menyerang.
Ryu menyemburkan api pada bangsa Naga, sedangkan Sora meluncurkan serangan es tajam pada bangsa pegasus. Bangsa naga dan pegasus terkejut kewalahan. Rieyu dan Shinji mencoba menenangkan amarah adiknya. Namun serangan telak mengarah pada keduanya. Panglima besar naga dan pegasus tidak tinggal diam, mereka berusaha melumpuhkan keduanya. Peperangan sengit terjadi. Berbagai serangan diluncurkan. Berbagai elakan turut ditangguhkan. Pertarungan itu berlangsung lama hingga di detik terakhir Sora melemah.
Sora terjerat jaring api panglima bangsa Naga, kemudian ia diambil alih oleh ayahnya. Namun, Ryu masih tetap bertahan mengamuk kalap, semua orang tak mampu menghentikan amukannya. Sora tak sadarkan diri, tubuhnya penuh dengan luka.
Sampai akhirnya ayah Ryu turun tangan meluncurkan sabetan apinya kepada Ryu. Sepertinya Ryu mengerti serangan ini akan terjadi. Ia menghindar secepat kilat. Berpuluh puluh menit Ryu mengamuk tak terkendali. Semua prajurit tersungkur terkena amukan Ryu seorang diri. Namun, tanpa cahaya yang menyatu dengan Sora, kekuatannya melemah.