Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #30

Nama itu...

“Akari! Kamu dimana?” panggil Satoru mengelilingi gua. Terdengar suara parau Akari memanggilnya. Satoru mulai khawatir dengan keadaan Akari. 

“Akari kamu dimana? Kamu tidak apa apa? Akari jawab aku!” teriak Satoru mulai tergopoh gopoh. Ia bingung dimana Akari saat ini.

“Di bawah batu Satoru! Tolong aku. aku terjepit,” jawabnya. Satoru terkejut melihat Akari terjebak di antara dua batu. Ia segera berlari menghampirinya.

“Satoru bantu aku, aku tidak bisa bergerak.” Suara Akari semakin tercekat. Terpancar ekspresi ketakutan dari wajah Akari. Satoru semakin khawatir melihatnya.

“Teman teman! Akari disini! Bantu aku! Cepaat!” Satoru meneriaki teman temannya untuk membantunya menolong Akari yang terjepit dua batu.

“Pelan pelan, Akari di bawah sana. Jangan sampai dia terluka,” pesan Satoru kepada yang lainnya. Semua menoleh kepada Satoru. Sepertinya Satoru yang paling khawatir dengan keadaan Akari. Mereka sudah tahu hal itu akan terjadi, karena Satoru begitu menyayangi Akari. Tak lama batu itu berhasil diangkat untuk memberi ruang untuk Akari keluar. Satoru dengan sigap menarik tubuh Akari dan memeluknya erat.

“Kamu tidak apa apa? Ada yang sakit?” tanya Satoru menenangkan Akari. Akari masih shock tentang apa yang menimpanya. Ia hanya mengangguk membalas pelukan Satoru. Digenggamnya tangan satoru karena ia masih begitu ketakutan. Teman teman yang lain memutuskan untuk segera keluar dari gua. Namun, pintu gua itu tertutup ekor Ryu. Akari menoleh kearah Ryu dan Sora. Ia melihat Sora tergeletak dengan darah yang mengucur dari tangannya,

“Itu siapa Satoru?” tanya Akari. 

“Itu musuh, jangan dekat dekat. Ayo segera keluar dari sini.” Satoru menggandeng tangan Akari namun Akari menolak.

“Tunggu sebentar.” Akari menghampiri Sora yang tergeletak tak sadarkan diri. Satoru tidak memperbolehkannya

“Akari, tidak usah!” bentak Satoru. Akari terdiam menatap matanya lekat lekat.

“Kau tahu bukan aku mengkhawatirkanmu?” lirih Satoru.

“Sebentar saja,” pesannya. Satoru pun memperbolehkannya.

“Baiklah, jika ada pergerakan langsung kembali!” Satoru memegang pundak Akari mencari jawaban. Akari tersenyum meyakinkan. Ia pun menghampiri Sora yang sudah berlumuran dengan darah. Helm baju besinya terbuka. Tampak disana wajah yang penuh dengan luka. Darah keluar dari kepala dan sudut bibirnya.

Akari mengambil pedang di sampingnya lalu membuangnya. Berjaga jaga untuk kemungkinan terburuk. Ia memindahkan posisi Sora pada pangkuannya. Dibukanya helm milik Sora untuk membantunya menyadarkan dari ketidaksadarannya. Ekspresi Sora begitu malang. Tampak sekali jika dia sedang kesakitan. Akari melihat ke seluruh tubuhnya. Ia terpaku pada lengan kanan bawah Sora yang mengalirkan darah segar. Entah apa yang dipikirkan Akari saat itu. Ia menyobek ujung bajunya untuk lengan Sora. Beruntungnya ia memakai baju yang cukup panjang

“Akari!” panggil teman temannya bersamaan. Akari menoleh ke sumber suara.

“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Seiko. Begitupun raut ekspresi yang lain.

“Sedikit saja,” jawabnya lalu memberikan senyuman termanis. Mereka memutar bola matanya jengah lalu pasrah. Akari tidak dapat dicegah jika dengan kemauannya. Ia mengikatkan sobekan bajunya kepada lengan Sora guna mengurangi pendarahannya. 

“Bertahanlah, aku akan membantumu.”

Darah Sora sedikit demi sedikit berhenti mengalir. Saat darah itu berhenti mengucur, jemari tangan Sora bergerak perlahan. Melihat hal itu Satoru bergegas menarik tubuh Akari menjauh. Tubuh Akari sudah berada pada dekapan Satoru. Namun, tangan Akari masih sigap untuk meletakkan kepala Sora perlahan agar tidak menyakitinya.

Lihat selengkapnya