“Akari, kamu kenapa? Kumohon jangan seperti ini,” Parau Satoru.
“Apa yang sudah kamu lakukan kepada temanku! Mengapa dia kesakitan seperti ini hah?!” bentak Satoru. Akari meremas lengan baju Satoru erat.
“Akari kamu tak apa? Kumohon jawablah,” Satoru mengelus pundak Akari menenangkannya. Tak lama Akari terlihat sedikit tenang. Ia melepaskan pelukan Satoru perlahan. Menatapnya dengan senyum lalu melihat kondisi pria di depannya.
“Sora, aku merindukanmu.” Akari menghampiri Sora dan memeluknya erat. Ingatan Akari sudah pulih, benar benar pulih. Sora membalas pelukan Akari hangat. Satoru yang melihat itu terheran, beberapa detik kemudian Arata datang membawa lima botol tanggung air mineral. Arata pun terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Akari melepas pelukannya lalu menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada Satoru dan Arata. Keduanya terkejut dan meminta maaf. Mereka mengetahui bahwa ada kesalah pahaman yang terjadi beberapa jam lalu. Akari teringat sesuatu. Ia harus mengobati luka pada lengan Sora yang terkena panah dari Arata.
“Eh iya, aku harus mengobatimu,” ucapnya mengambil tas p3k.
“Ngomong ngomong, kakak mengapa sehebat itu dalam memanah?” tanya Akari di sela pengobatannya pada Sora. Arata tersenyum dan duduk menyodorkan minum.
“Kakak atlet panahan disekolahku Akari, kakak juga pernah menjuarai tingkat provinsi,” jelasnya singkat. Akari dan Satoru mengangguk angguk mengerti.
“Minumlah Sora, agar kamu sedikit tenang. Biarkan aku yang mengobati lukamu.” Akari mulai berkutat dengan lengan Sora dan p3k.
Setelah selesai mengobati Sora, Akari baru teringat ada seekor naga di dalam gua. Akari memekik lantas berlari kembali masuk gua. Sora mengerti apa yang akan dilakukan Akari di dalam sana. Dengan tertatih Sora berjalan mengikuti Akari.
“Ryu! Ryu, ini Akari. Aku merindukanmu,” teriak Akari menghampiri naga yang merintih kesakitan di depannya. Satoru dan Arata ingin mencegahnya, namun tangannya digenggam oleh Sora. Mereka berhenti mengejar.
Ryu menoleh kepada Akari, ia menggeram seolah mengaduh kesakitan. Akari memeluknya, Ryu menerima pelukan dari Akari. Akari mengulurkan tangannya pada wajah Ryu. Ia menangis melihat sahabatnya penuh luka di tubuhnya.
“Ryu, mengapa kau sampai dirantai seperti ini? Apa yang sudah kau lakukan?” parau Akari iba melihat kondisi tubuh Ryu. Ryu hanya mampu menggeram.