Di sebuah sore yang terik, Nana sedang asik mengembat es krim di depan Tv. Ketiga anak kosan baru saja datang dari kampus. Mbah dan Amar melepas penat duduk di samping Nana, sedangkan Abil dengan senyum-senyum langsung masuk ke kamar.
“Na, Nana ... kayaknya si Abil udah mulai gesrek otaknya,” kata Amar membuka percakapan.
“Kenapa emang?” Nana heran.
“Dari tadi pagi senyum-senyum terus, padalan tadi post test doi dapet 20, trus dimarahi pas kuliah gara-gara nggak dengerin dosen. Habis itu kepleset eek ayam, jatuh pala duluan. Eh, masih senyum-senyum aja dia,” ujar Amar penuh keheranan.
"Mar, yang kepleset eek tadi kamu," ucap Mbah mengingatkan.
"Oh, iya ya." Amar cengengesan.
Mbah tiba-tiba teringat. “Mar, ini semua awalnya dari tadi pagi waktu kita mau berangkat, hapenya Abil bunyi. Terus waktu dia lihat, tiba-tiba senyum-senyum sendiri.”
Amar mengangguk-angguk heran. “Kenapa ya? Apa dia buka email yang ane kirim ke dia 3 hari yang lalu ya?”
"Emang Mas Amar ngirim email apa?" tanya Nana.
"Nggak kok, ane nggak ngirim foto Ibu Kos lagi pakai daster tipis." Amar pura-pura nggak tahu tapi malah ngasih tahu.
Hening sebentar ....
“Ayo kita lihat hapenya,” ucap Mbah dengan senyum culas.
“Eh, ngawur aja ente. Privasi itu, Mbah. Dosa lho.” Amar menyatakan ketidaksetujuannya.
Sambil masih menjilati es krim, Nana mengangguk sependapat dengan Amar.
“Gimana kalau dia dapet sms dari undian berhadiah penipuan, lalu dia percaya. Kan kasihan,” Mbah memberi alasan.
“Nah, kalau gitu sih nggak dosa,” ujar Amar mantab.
Mereka bertiga menunggu saat yang tepat untuk masuk ke dalam kamar Abil. Mbah dan Amar masuk ke dalam kamar masing-masing. Sedangkan Nana mendapat tugas duduk di ruang Tv memantau situasi.
Sekitar pukul lima sore, Abil keluar kamar sambil membawa handuk dan perlengkapan mandi. Ini saat yang tepat, karena biasanya dia mandinya lama. Nana segera memanggil Amar dan Mbah. Mereka masuk diam-diam ke dalam kamarnya Abil yang berantakan lalu segera berpencar ke segala penjuru mencari hapenya.
Ada celana dalam (CD) tergeletak, Amar mengambilnya dengan dua jari karena jijik dan mempertontonkannya kepada Nana. “Na, Nana...”
“Apa Mas?” tanya Nana.
“Niiih, ada sempak lho, sempak.” CD itu diayun-ayunkan Amar, di depan muka Nana.
“Kyaaa! Ih, jijik ih jijik. Sanain ....” Nana malu-malu sembari menutup mukanya.
“Lho, ini sempak kok tengahnya bolong?” Amar heran.
Nana ikut penasaran. “Ih, masa? Liat, liat... Ih, kok bisa gitu ya?”
“Mungkin dia sering kentut. Hehehe, ” jawab Amar ngaco.
"Mar, yang sering kentut itu kamu," kata Mbah mengingatkan.
"Oh iya, ya." Amar cengengesan.
Sementara Amar dan Nana sedang mengagumi sempak Abil yang bolong tengahnya, Mbah berhasil menemukan hape Abil di antara reruntuhan baju dan buku. “Eh, cepetan, sini sini. Udah ketemu hapenya,” ajak Mbah.
“Ayo cepet buka, Mas.” Nana rupanya sudah tidak sabar.
“Oke,” kata Mbah.
“Mbah, Mbah, coba cek gallery foto dulu, siapa tau ada foto tidak senonoh, kan bisa kita copy, eh hapus biar dia nggak nambah dosa.” Amar penasaran.