Amar, Abil dan Mbah sedang jalan-jalan santai menemani Nana berbelanja di mall. Mereka kepalang bosan mengikuti Nana yang sedari tadi hanya memilih-milih baju, dia belum memutuskan mana baju yang akan dibelinya. Sebenarnya mereka mau meninggalkan Nana sendiri tapi tidak tega karena gadis berpipi chubby itu masih mengenakan tongkat untuk berjalan. Kakinya masih belum sembuh total setelah kecelakaan waktu itu.
“Mas, baju ini gimana?” Nana mengambil baju berwarna kuning totol-totol.
“Sip! Cocok! Sikaat!” kata Abil bersemangat, agar Nana segera membeli baju dan mereka bisa pulang.
“Ah, tapi warnanya kayak emak-emak.” Nana menaruh baju itu kembali ke tempatnya.
Abil dan Amar kecewa.
“Kalau yang ini gimana, Mas?” Nana kembali bertanya, kali ini dia mengambil baju motif leopard.
“Wiih mengagumkan! Manteb! Beli dah!” Kali ini Amar yang memberi saran sambil mengacungkan jempolnya.
“Iya nih, kayaknya cocok.” Nana menyukai baju yang dipilihnya. Namun tiba-tiba ada seorang tante-tante yang juga mengambil baju yang sama. “Ah, nggak jadi ah. Takutnya nanti ketemu tante itu, trus kita kembaran bajunya.”
Abil dan Amar kembali kecewa.
“Mas, kalau yang ini gimana?” Nana kembali mengambil sebuah baju.
“Nggak cocok …” kata Mbah lempeng.
“Mmmmm … masa sih? Ah, Nana ambil yang ini aja deh ….”
Hening.
Sewaktu mereka hendak menuju kasir, Amar melihat seseorang. Seorang wanita berambut panjang dengan bando biru di dahinya. Dia tersentak kaget, lalu menjatuhkan badannya ke lantai. Mencoba menghindari bertatap muka dengan wanita itu. Abil, Mbah dan Nana tentu kaget dengan tingkah Amar.
“Kenapa kamu, Mar?” tanya Abil sambil ikutan jongkok.
“Itu, ada cewek.”
“Terus kenapa? Kamu kenal?”
“Iya, Bil. Itu cewek yang bikin ane jadi mesum!!”
Hening sebentar.
“APA!?” teriak mereka kompak.
--------------------
Pada jaman dahulu kala ketika Amar masih muda belia, ketika otaknya masih bersih dan suci laksana air embun subuh di dedaunan. Sebagai anak SD kelas 5, dia termasuk jajaran siswa sopan santun miskin prestasi dengan baju rapi dan rambut keriting mirip Ahmad Albar gitaris Godbless. Dia memilih duduk di jajaran paling depan agar dapat mendengarkan guru mengajar dengan seksama. Dan ada satu lagi alasan lain, dia ingin bersebelahan dengan teman sekelasnya yang paling cantik. Namanya Clara.
Segala sesuatu tentang Clara sungguh menarik minat Amar. Rambutnya yang selalu wangi, tas Barbie pink, bando biru yang setia menyangga rambutnya dan juga ketiaknya yang bau deodoran. Sifatnya juga tak kalah anggun, Clara terkenal baik dan murah senyum. Gadis berpipi tembem itu bak malaikat di mata si kecil Amar.
Suatu hari, Clara bersama dengan teman-temannya sedang duduk di kantin sambil makan bakso pentol.
“Eh, si Budi dari kelas 5 B cakep banget ya.” Teman si Clara antusias membicarakan tentang murid cowok kelas sebelah.
“Iya, cakep tapi Budi orangnya terlalu kaku. Kalau aku itu suka cowok yang agak nakal. Hehehe ….” Teman yang satunya menimpali.
“Aku juga suka sama cowok yang nakal.” Clara tertawa kecil. Kumpulan gadis-gadis itu saling melempar opini betapa mereka menyukai cowok-cowok yang nakal.
Di seberang mereka, dengan diam-diam Amar mendengarkan percakapan itu. Kini ia tahu lelaki tipe yang bagaimana yang diidam-idamkan oleh para wanita. Termasuk di dalamnya, wanita pujaan hati Amar, Clara. Lelaki idaman cewek itu adalah lelaki yang nakal.
Tiba-tiba dia teringat beberapa kejadian, salah satunya ketika Clara lupa membawa bolpoin.
“Mar, kamu bawa bolpoin 2 nggak? Aku pinjem yah .…”
“Iya,” kata Amar memberikan bolpoinnya.
“Kalau ini nanti kubawa pulang terus lupa nggak kukembalikan, ini buat aku ya, Mar...”
“Iya.”
“Makasih Mar, kamu memang cowok yang baik.” Clara tersenyum riang.
Seketika Amar tersadar bahwa dia termasuk golongan cowok baik di mata Clara. Ini berarti dia bukan tipe cowok yang diidam-idamkan Clara. Merasa bahwa dirinya yang sekarang bukan tipenya Clara, Amar ingin berubah. Dia ingin sekali menjadi nakal. Masalahnya adalah Amar tidak tahu bagaimana sebenarnya cowok yang nakal itu. Sambil melamun, dia berjalan pulang.
Di tengah perjalanan, dia berhenti dan menepi ke pinggir pohon. Kantung kemihnya tak kuasa menahan tekanan. Dia pipis di balik pohon. Saat sedang asyik menyirami pohon itu dengan penuh seni, ia melihat ada seorang wanita yang berdiri menunggu seseorang. Tiba-tiba dari belakang, ada lelaki yang datang menghampiri dan menyingkap roknya sekejap. “Kyaaaaaa!” cewek itu teriak malu.
Si laki-laki tertawa kecil.
“Iiiih, kamu kok nakal sih …” kata cewek itu dengan genit.
“Tapi kamu suka, kan?”
“Iya sih.” Si cewek lalu sambil senyum-senyum menggandeng mesra cowok itu dan mereka berjalan berdua bahagia selamanya.