Gerimis yang perlahan merintik berubah deras. Amar dan Mbah mulai menggotong cuciannya yang tadi dijemur di lantai atas.
“Waduuh, besok pakai celana dalam side B deh ...” ujar Mbah menggerutu.
“Masih mending, ane malah harus pakai side C.” Amar pasrah.
Terlihat di kamarnya, Abil sedang menjemur celana dalam di kipas angin.
“Ngapain Bil?” Mbah terlihat heran.
“Kalau tenaga surya sedang tidak hadir, kita bisa menggunakan tenaga angin. Besok udah pasti kering ini.” Abil berkata penuh percaya diri.
“Keren, pake cara ini bisa kali ya,” ujar Amar kagum.
“Yoi Mar. Seenggaknya satu celana dalam bisa kering. Jadi besok saya tidak perlu pake side D.” Abil senyum bangga.
Lalu Amar dan Mbah pun ikutan. Celana dalam yang basah, ia taruh di kipas angin.
“Bil, pinter kowe (pintar kamu),” kata Mbah.
“Ah, bisa aja Mbah. Saya ini sebenarnya tidaklah pintar. Saya ini ... jenius!” kata Abil dengan senyum berkilauan.
Esoknya, waktu kuliah, Amar, Abil dan Mbah kompak garuk-garuk celana. Daerah pantat dan sekitarnya gatal karena debu dari kipas angin yang menempel di celana dalam mereka.
-------------------------
Subuh-subuh di ruang TV kosan, Abil dan Mbah sedang menonton acara sentuhan kalbu. Tiba-tiba Abil mulet-mulet sendiri trus berhenti. Mulet-mulet lagi, trus berhenti. Hal ini menimbulkan tanda tanya bagi Mbah yang duduk di sebelahnya.
“Kenapa Bil? Kremian?” tanya Mbah setengah jijik.
“Nggak Mbah, saya kebelet boker.”
“Lha ya sudah boker aja sana. Kan kamar mandinya lagi kosong.”
Abil memalingkan mukanya ke Mbah dengan muka mantab. Kemudian ia berkata, “Teori Abil Kurdi. Boker akan terasa sangat nikmat bila sakitnya sudah tak tertahankan. Alias semakin sakit perut, semakin nikmat. Nah ini masih belum sakit Mbah, jadi nanti aja. Eman-eman.”
“Ih ....” Mbah jijik sama tingkah laku temannya itu. Dia lalu beranjak ke dapur, hendak membuat kopi tubruk.
Sewaktu Abil tengah mulet-mulet sendiri, di saat yang sama Amar keluar dari kamarnya dengan membawa majalah Gadis Muda dan setoples wafer. Dia lempeng berjalan masuk ke kamar mandi. Dengan santainya, dia boker sambil membaca majalah dan nyemil wafer.
Abil sudah tidak tahan, dia merasa sudah saatnya dia boker. Lelaki berkulit hitam itu langsung berlari menuju kamar mandi namun apa daya, kamar mandinya dikunci. “Lho, lho? Siapa di dalam?”
“Amar ...” kata Mbah santai sambil menyeruput kopi tubruknya.
“Hah!? Jangan-jangan dia bawa ...”
“Majalah gadis muda ...” ujar Mbah sambil mengangguk.
“Sama cemilan!?”