Abil, Amar, Mbah, dan Nana sedang santai-santai di lantai atas. Mereka berbincang-bincang ringan.
Amar yang sedari tadi mengantuk akhirnya ketiduran karena terbuai angin semilir-semilir. Melihat kesempatan ini, muncul jiwa iseng dari Mbah. Pas kebetulan di sekitar situ ada eek burung baru jatuh. Masih anget. Diambilnyalah eek tersebut dengan seonggok ranting.
“Mas Abil! Tuh lihat, Mbah mulai usil. Kasian Mas Amar …” ujar Nana.
“Heeeh, Mbah Mbah …” kata Abil.
“Ssssstt ….” Mbah mendesis dengan satu jari di depan bibirnya.
“Mbaaah .…” Abil masih bersuara lirih.
“Opo (apa)?”
“Pelan pelan biar nggak ketahuaaan .…”
“Okeeeh …” bisik Mbah pelan sambil cekikikan.
Lalu dengan perlahan, ranting penuh telek tadi ditoletkan ke atas bibir amar. Sret, sret. Menempel persis di antara bibir dan hidung Amar. Ia perlahan bangun.
“Hm!? Bau apa ini ya?” kata Amar sambil mengernyingkan dahinya. Dia belum sadar bahwa ada eek burung di atas bibirnya.
Yang lain pada ketawa-ketawa.
Amar mengendus-ngendus hebat. “Bau banget ini lho. Masa ente nggak kecium bau sebegini tajemnya?” Amar masih heran.
Abil, Mbah, dan Nana semakin terpingkal-pingkal.
Amar menghirup napas panjang. “Buuuadeg beneran ini. Bukan main. Bau tokai ini, yakin ane.” Lelaki hidung mancung itu lalu menutup hidungnya dengan jari, dan akhirnya dia sadar ada sebuah benda hangat dan jemek di atas bibirnya. “Apaan ini!?”
“Dugaanmu bener, Mar. itu telek manuk (eek burung),” kata Mbah diikuti tawa yang pecah dari yang lainnya.
“Kyaaaaa najis mugholadoh!!” Amar semburat lari ke kamar mandi. Meninggalkan Mbah, Abil, dan Nana yang tertawa sampai sesak nafas.
----------------------
Pak pos datang membawa surat ke kos dewa, Nana yang menerima.
“Mbah, ada surat buat kamu ini,” kata Nana sembari menyerahkan suratnya.
“Tumben .…” Mbah heran. Dibukanyalah surat itu dan ternyata itu adalah undangan pernikahan teman SMAnya.
“Undangan kawinan siapa itu Mbah?” tanya Amar.
“Temenku SMA, si Ikin. Yang sering komen di facebook itu lho. Tapi nikahnya di Lamongan.”
“Oh, si Ikin yang di profil picturenya botak itu. Yang suka buka aib ente waktu sekolah dulu ya, Mbah.” Amar mengingat-ingat.
“Berangkat yuk Mbah, sekalian jalan-jalan. Daripada kita nganggur di kosan cuman nungguin nilai ujian keluar.” Abil entah kenapa penuh semangat.
Mbah masih berpikir.
“Arin kita ajak juga dia kan rumahnya deket sama Lamongan. Bentar, saya telponnya dulu dia.” Abil beranjak dari ruang tengah, ke kamarnya untuk mencari ketenangan dalam menelpon. Kalau urusan bisa keluar bareng Arin, Abil girang bukan main.
“Boleh deh.” Mbah mengangguk pelan. “Tapi kita mau naik apa?” tanyanya balik.
“Motoran ayo. Sini situ aja, deket. Cuman berapa menit …” kata Amar percaya diri.
“Sini situ 8 jam, Mar …” jawab Mbah.
“Nah kan, cuman 8 jam,” ucap Amar semangat. “Iya ya, lama ya .…” Baru sadar dia.
"Tapi ayo deh naik motor." Mbah ternyata setuju.
Amar menyesal telah melontarkan ide gila.
Abil datang kembali untuk nimbrung, melaporkan hasil tilpunan dengan Arin. “Arin bisa ikut, nanti kita mampir saja dulu ke rumahnya di Surabaya,” katanya.
“Waaah, kok berangkat semua. Kalau ke Surabaya naik bis atau travel, Nana mau ikut.” Nana terlihat kecewa.
“Nah, Mbah ... naik bis aja deh biar Nana bisa ikut. Kasian dia, kelihatannya pengen banget ke kawinannya Ikin,” ucap Amar.
“Ikin itu siapa?” tanya Nana.
“Lha itu calon penganten yang mau kita datengi, Naaa!” kata Amar.
“Oooooh…” jawab Nana lempeng.
-----------------------
Keempat anak kos berangkat pagi sekali menuju Surabaya, tempat Arin berada. Rencananya setelah sampai terminal Surabaya, Arin akan menjemput mereka dan perjalanan menuju Lamongan akan dilanjutkan dengan mobil Arin. Namun sudah setengah jam lebih, Arin tak juga nampak.
Arin tergesa-gesa mempercepat langkahnya, dia berlari menuju kantin terminal.
“Maaf, terlambaaaat!” kata Arin tergopoh-gopoh. Abil, Mbah, Amar dan Nana memicingkan mata. Mereka sudah mati gaya menunggu Arin. “Maaf, tadi jalanan macet banget di daerah Tunjungan Plaza,” tambahnya.
“Wah kasihan ya kamu, kejebak macet di jalan,” celoteh Abil sok perhatian.
“Nggak sih, aku tadi ke sini nggak lewat situ. Btw, ayo kita berangkat!” ujar Arin ngeles. “Sebelumnya kita selfie dulu.” #vacation #nganterinMbah #wedding
Sepanjang perjalanan, Mbah terus melamun, dia larut dalam kenangan SMA. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan sahabat lamanya. Sampai senyum-senyum sendiri.
---------------------
Jauh sebelum dunia kecewa karena girlband Cheribel dibubarkan, duduklah Mbah dan Ikin di sebuah ruang kelas.