Tiga Titik Temu

Asep Hendra Kurnia
Chapter #2

Tinot dan Dinda #2

Di kota ini Tinot pindah sekolah mengikuti orangtuanya yang pindah dinas. Tinot melangkah enggan memasuki sebuah rumah berlantai empat yang jadi tempat kosnya selama ini.

Hari sudah gelap dan awan pun bergemuruh dan angin dingin menganiaya bentuk rupa. Sepertinya segera turun hujan. Dinda sedang mandi. Setiap kamar kos itu punya kamar mandi. Tinot menjatuhkan diri ke kasur. Walau ia nge-kos berdua dengan Dinda, tapi kamar itu cuma memuat satu kasur saja. Kasur yang besar. Awalnya Tinot tidak punya pilihan lain, semua kamar kos penuh dan semua rumah kos lain dekat sekolahnya itu juga penuh. Beruntung ada seorang wanita muda yang kerja kantoran mau berbagi kamar dengannya. Dindalah orangnya.

Bahkan nama panggilannya, 'Tinot' Dinda yang populerkan. Padahal namanya bagus, Tina Agustio Rusmini.

Dinda keluar dari kamar mandi, tubuhnya yang langsing dan mulus itu hanya tertutup handuk sebatas lutut dan dada.

"Udah mandi belum," tanya Dinda sambil membuka handuk dan menggunakan handuk itu untuk mengelap rambutnya yang hitam, basah dan lepek. Dinda begitu cuek.

"Sono cepetan mandi, bau asem," senyum Dinda, "atau mau gue mandiin."

"Gak usah! Ya udah aku mandi dulu." Tinot bangkit dan membersihkan diri. Ia lagi malas mandi bareng sama Dinda. Dinda terlentang tanpa pakaian, selesai mandi Tinot mengelap sisa air dan segera menyusul Dinda. Tinot tahu, kalo sudah begitu Dinda pasti minta dipeluk dan keduanya tidur tanpa pakaian.

"Dingin ya Kak?" Bisik Tinot sambil memeluk menindih Dinda. Keduanya pun bergulung selimut tebal.

"Iya, untung ada kamu, jadi anget," senyum Dinda. Tinot memeluk Dinda dari belakang dan memilin payudara Dinda.

"Pengen nenen," rengek Tinot.

"Tapi laper," lanjut Tinot.

Lihat selengkapnya