Di kelas, Tinot terbilang luwes dalam bergaul dan belajar. Meski murid pindahan, ia mudah bergaul dan punya banyak teman. Tapi baru kali ini, ada seorang teman lelaki yang selalu mendekati Tinot. Entah saat belajar, atau di kantin.
"Kalo pe-er kamu belum, nih, contek punyaku," kata Perdi dengan senyum pasti.
"Makasih, udah kok," jawab Tinot simple. Perdi baru dua hari ini duduk tepat di belakang Tinot. Rupanya ia mulai bergerilya menyingkirkan Yono dari bangku itu untuk sedekat mungkin dan mendapatkan hati Tinot.
Begitupula di kantin saat istirahat tiba,
"Aku traktir ya," senyum Perdi kembali menghampiri Tinot. Yang menjawab duluan Dita. Dita teman Tinot yang duduk di sebelah Tinot.
"Sekalian ya, hehe," ucap Dita dengan senyum manja. Sejenak Perdi menengok saku dan melongo, seperti khawatir dan menghitung.
"Gak usah Per, makasih," ucap Tinot manis. Perdi pun membalas senyuman Tinot. Tinot tidak merasa terganggu dengan kehadiran Perdi. Justru sedikit banyak ia merasa diperhatikan dan dilindungi Perdi. Bahkan saat pulang sekolah kalo turun hujan, Perdi menawarkan jas hujan.
"Not, kamu udah punya gebetan?" tanya Dita saat Perdi udah berlalu dan tidak kelihatan lagi batang hidungnya di kantin itu.