Tiga Titik Temu

Asep Hendra Kurnia
Chapter #9

Atlantis Adalah Surga Dunia yang Pernah Ada #9

Pagi-pagi Danu sudah ada di dalam sebuah toko elektronik. Danu membeli AC, mic, sound sistem dan sebagainya. Menjelang siang ia melesat ke dalam mall dan memilih pakaian dalam perempuan yang seksi-seksi. Danu sangat bersemangat dan mengabaikan tatapan lucu dari orang-orang sekitarnya.

Langit mendung menumpahkan hujan. Bojes dan Bopal berjingkrak riang. Sementara Heni ketinggalan.

"Tunggu Bang!" Heni pun menyusul ke dua kakaknya itu. Ketiganya asik hujan-hujanan sambil main bola di sepetak tanah kosong yang di penuhi rumput di samping masjid yang Hilman urus. Bola plastik murah berwarna merah mereka mainkan diatas kubangan kebahagiaan.

Di dalam kamarnya, di samping gudang masjid itu. Hilman sedang asik melamun sendiri. Di hadapannya tergelar secarik kertas dan sebuah ballpoint. Ia hendak menyurati Siti. Tapi ia bingung, kata apa yang hendak ia tulis.

Hujan berderai-derai, angin dingin berhembus indah meredam amarah dan emosi kota. Asap knalpot dan bunyi klakson bersahutan di jalan macet berpadu dengan deras hujan.

Mang Wawan sedang serius melihat berita perkiraan cuaca lewat layar televisi. Mang Wawan bergulung sarung. Angin basah menelusup membawa bulir-bulir air hujan yang sangat kecil lewat sebidang jendela tirai bambu yang lupa belum ditutup plastik.

"Cuaca satu Minggu ke depan masih di prediksi hujan"

Seekor katak buduk meloncat dari parit ke rumput, lalu ke tepian dinding kayu warung mang Wawan itu.

Lihat selengkapnya