Seperti yang sudah di sepakati, besoknya Titin datang sore hari dan Danu segera menyambut dengan ramah dan semangat.
Hujan sudah reda, tapi langit masih hitam dan Guntur berkecamuk.
"Ayo masuk," ajak Danu. Titin hanya tersenyum dan nyelonong masuk mengikuti Danu.
***
Di atas, di balik salah satu jendela lantai tiga sebuah kosan yang berdiri tepat di depan muka rumah Danu itu. Risa tampak berdiri melipat tangan seolah menyangga payudara. Wajahnya serius mengamati Danu dan Titin yang menutup pintu.
Danu membukakan pintu kamar bagi Titin.
"Wahhh???" Titin sampai ternganga dan matanya terbuka lebar. Ia sungguh pangling melihat keadaan dan seisi kamar yang kemarin ia lihat kosong melompong kini begitu semarak. Wallpaper warna ceria dan girly banget, dipadu lampu-lampu genit serupa belukar menghiasi dinding, sebuah meja belajar lengkap dengan komputer, mic dan sebagainya. Sebuah lemari yang penuh pakaian Danu buka dan tunjukkan isinya. Titin senang bukan kepalang dan senyumannya begitu lebar.
"Silahkan, dipilih, semoga pas buat kamu," ucap Danu sambil membantu Titin memilih kostum. Jelas, Danu keluar modal banyak.
hari beranjak gelap. Selesai makan nasi Padang, Titin dan Danu mulai sibuk diskusi dan mengotak-atik komputer. Danu sungguh senang, mungkin Titin tidak sekolah formal, tapi Titin cepat mengerti apa yang Danu ajarkan. Komputer itu mempunyai layar sentuh, jadi Titin belajar mengoperasikannya seperti memainkan smartphone besar. Ia cepat bisa.
"Cuma aplikasi chat, aku pernah punya, yang seperti ini, ya cuman itu, boros kuota, hihi" ucap Titin dengan renyah. Danu hanya tersenyum.
"Sudah paham kan? Ya sudah, saya keluar dulu, kamu ganti pakaian aja. Setelah pendaftaran kita di terima, kita langsung siaran," ucap Danu. Titin hanya mengangguk.