Seorang Siti menyenggol bahu teman sekamarnya, Kokom namanya.
"Apa sih," ucap Kokom dengan nada terganggu. Malam sudah larut dan senyap.
"Kom, kita ke kota yuk," ucap Siti dekat ke kuping Kokom. Keduanya tidur satu bantal di bawah sinar lampu yang redup. Lampu lima Watt.
"Hm...! kamu kangen si Hilman yah? Ke kota mana, kota itu banyak, lagian ngapain ke kota? Memangnya kamu punya saudara dikota? Atau kamu kerja?" ucap Kokom datar.
"Aku gak bisa konsentrasi. Aku kepikiran dia terus," jujur Siti.
"Istighfar Siti, sabar, kalo jodoh gak akan lari kemana," ujar Kokom kembali terpejam. Siti sedikit mengendurkan diri dan memeluk Kokom. Bilik asrama yang dingin, hati yang dingin, angan yang jauh, batin Siti meronta dalam tubuh mungil yang meringguk itu.
***
Hilman mengumandangkan adzan subuh dengan suara yang lembut menembus selimut Risa. Risa yang kedinginan terbangun dan melenguh. Ia tidak pernah terganggu oleh suara adzan, ia justru terganggu oleh hawa dingin dan sepi. Sebentar lagi ia berangkat kerja, dekat lagi dengan Ilhamsyah, merasa nyaman lagi, merasa kecewa lagi. Ilhamsyah sudah bahagia. Sedangkan dirinya, hanya bisa menikmati perasaan sendiri.
"Cukup Risa, cukup! jangan siksa dirimu sendiri."
Matahari bersinar terang, Risa dan Tinot sudah keluar kosan untuk aktivitas. Mang Wawan baru pulang dari pasar dan Hilman sedang menjemur sajadah-sajadah. Sesekali Hilman curi-curi pandang ke sosok Risa yang cuek melintas di hadapannya. Halaman samping masjid memang jadi jalan pintas, terutama yang tinggal di kosan dan perumahan blok belakang. Risa mengenakan jas dan rok yang pendek. Begitu juga Tinot. Rok abu-abu Tinot terlalu pendek. Rambutnya lurus bergoyang menebarkan aroma yang mau tak mau turut Hilman hirup. Wanginya lembut.
Danu masih enggan untuk mandi, kaleng-kaleng bir bergeletakan, di samping tubuhnya yang tergeletak tak berdaya di atas kasur lantai. Diantara sebuah laptop, asbak yang penuh dengan puntung rokok dan bungkus-bungkus cemilan. Malam-malam yang indah, penuh hasrat dan melelahkan. Saldo rekening terus bertambah. Signifikan.
Danu tersenyum, ia merasa jadi bujangan paling sukses se-jagat raya.
"Terima kasih Titin," batin Danu sambil tersenyum.
***
Minggu pagi lagi. Setelah hujan deras semalam, tidak sangka pagi ini sang Fajar bersinar cerah. Risa pun mulai gerah. Ini Minggu pagi dan Risa kembali lari pagi. Sedikit harap dihatinya, semoga ia bertemu lagi dengan Ilhamsyah dan bocah lancang itu.