Hilman pamit untuk adzan ashar. Dinda balik ke kosan. Di dalam kosan Dinda mendapati Tinot sedang ganti pakaian.
Dinda menatap curiga pada Tinot. Tinot merasa perhatian Dinda 100% tertuju pada dirinya. Tinot merasa sedikit tidak nyaman. Tidak biasanya Dinda menatap dirinya seperti itu.
"Tumben, sore banget kamu pulang," tanya Dinda dengan nada ucapan yang datar. Sangat datar.
"Habis main ke rumah temen," jawab Tinot sambil mengenakan kaos oblong.
"Tadi siapa? Cowok kamu?"
Akhirnya pertanyaan yang sangat tidak ingin Tinot dengar itu, akhirnya terlontar juga.
Sejenak Tinot berpikir, sejenak ia meyakinkan diri untuk berbohong dengan sikap biasa saja.
"Oh, itu temen."
Dinda menghampiri Tinot menyentuh bahu Tinot dan perlahan membalikan tubuh Tinot sehingga Tinot menghadapinya.
"Kakak hanya mengingatkan saja, kamu boleh pacaran. Tapi ingat, kita perempuan. Kita punya ini," ucap Dinda sambil mengelus perut Tinot.
"Kita punya rahim, ini tanggungjawab yang sangat besar. Kamu paham kan?"
Tinot hanya mengangguk kecil dan sesekali mendelik menatap malu ke wajah Dinda.
"Ya sudah, kamu udah makan belum? Di meja Kakak ada ayam geprek tuh."
"Makasih Kak, tadi udah makan sama temen-temen."