Aku dipecat dari pekerjaan sebuah kenyataan pahit yang datang sebagai hasil dari kesalahan besar yang ku buat sendiri. Gaya hidup hedonis, pergaulan bebas, dan aku yang selalu mengabaikan tanggung jawab. Waktu yang aku sia-siakan seakan mengutukku dalam kebingunganku, dan yang tersisa hanyalah tumpukan hutang yang tak bisa ku selesaikan. Setiap hari, masalah semakin menumpuk, dan aku semakin terperangkap dalam perasaan putus asa yang tak ada habisnya.
Hari itu, aku merasa seakan seluruh dunia berbalik menjauh. Tidak ada lagi pekerjaan, tidak ada lagi harapan. Semua terasa kosong.
Aku tidak tahu harus ke mana atau apa yang harus kulakukan. Hingga akhirnya, aku memilih untuk pergi meninggalkan segala yang telah ku kenal dan bersembunyi di tempat yang jauh dari segalanya.
Aku menemukan sebuah pondok kecil di tengah hutan, jauh dari hiruk pikuk dunia. Tanpa internet, tanpa gangguan apa pun. Hanya ada aku, pohon-pohon, dan alam yang sunyi. Malam pertama, aku merasa terperangkap dalam kegelapan. Suara angin yang berdesir, hujan yang turun dengan deras, petir yang menggelegar semua itu membuat rasa takutku semakin besar. Aku merasa sangat kecil dan rapuh, seolah malam itu bisa menelan diriku sepenuhnya.
Namun, perlahan aku belajar untuk berdamai dengan kesendirian dan kegelapan. Aku belajar untuk tidak lagi takut. Di tengah kesunyian, aku mulai menemukan ketenangan yang tak pernah kudapatkan sebelumnya.
Di sana, di hutan yang terpencil, aku mulai membangun kembali diriku.