Nurma sedang sibuk menyiapkan menu makan siang, saat Susi putri keempat keluarga Sanjaya datang menghampiri.
Susi tinggal di rumah yang dibuatkan oleh Sanjaya saat dulu dia baru menikah, rumah itu hanya beberapa meter dari rumah utama milik Sanjaya dan istrinya Nurma.
Luas tanah pekarangan rumah sanjaya kurang lebih 30000meter per segi, beberapa meter dari jalan raya utama.
Di bagian depan berdiri rumah Hartini, di sebelah kiri dan kanannya rumah Susi dan rumah Abimanyu.
Berbeda dengan Susi dan Abi yang diberikan tanah dan dibangunkan rumah oleh orang tua mereka, Hartini justru membeli tanah dan rumah yang dia tempati itu, dari Sanjaya bapaknya.
Tak lama setelah kedatangan Susi, menyusul Rini yang tiba bersama Tuti istri Abi.
"Bagaimana Bu, menantu baru Ibu?" tanya Rini dengan nada menggoda.
"Payah, masa Ardi tidak dibuatkan kopi. Bangun tidur langsung mandi dan berangkat kerja," umpat Nurma.
"Biasa lah Bu, namanya juga baru. Belum begitu paham, masih perlu bimbingan," Sanjaya menengahi.
"Itu lah Bapak, mulai dari Anak sampai menantu. Selalu saja dibelain makanya pada manja," sela Nurma.
Sanjaya tertawa, memaklumi istrinya dengan berlalu.
"Bapak kalian itu selalu membela Ardi makanya Anak itu tidak pernah dewasa," omel Nurma berlanjut.
"Lihat saja dulu, Bu. Jangan terlalu sering di omelin," tegah Susi kalem.
"Halah, sama saja kau sama Bapakmu itu. Kalian bela terus itu si Ardi, biar makin besar kepala dia." Nurma mulai emosi.
"Bukan begitu, Bu. kita harus hati-hati bicara dengan Ardi, jangan sampai dia bersikap durhaka pada Ibu," jelas Rini.
"Kak Rini benar, Bu. kalau cuma Ardi yang melawan Ibu kita masih bisa maklum. Tapi kalau sampai istrinya ikut melawan Ibu, bagaimana?" sambung Susi.
"Coba saja Anak ingusan itu berani melawan aku, aku suruh Ardi menceraikannya," jawab Nurma dengan nada tinggi.
Rini dan Susi menarik napas panjang, mereka sudah paham dengan tabiat Ibu mereka yang tidak bisa merubah pendiriannya.
Obrolan Sanjaya dengan istri dan anak menantunya berlanjut hingga makan siang, mereka membahas apa saja.
Sementara itu Tuti menantu kedua keluarga Sanjaya sibuk membereskan bekas makan mereka, menyapu lantai ruang makan sampai ke dapur.
Saat Tuti akan mencuci tumpukan piring kotor, Nurma melarangnya.
"Biarkan Tuti, tak usah kau cuci. Biar Anak ingusan itu yang nanti mencucinya, enak saja dia pulang kerja tak ada yang dikerjakan," Tuti menuruti perintah mertuanya, lagi pula dia juga sudah lelah dari tadi berbenah.
Anak Rini dan Susi yang semuanya laki-laki ditambah dengan anaknya sendiri, terus saja membuat seisi rumah berantakan.
*****
Sepuluh menit sebelum azan magrib berkumandang, motor Ardi masuk pekarangan rumah Sanjaya.
Mereka terlambat pulang karena tadi ada mobil yang ditunggu oleh pemiliknya, untuk segera diselesaikan.
"Sore betul kalian pulang?" tanya Nurma