Malam semakin sepi, sendiri dalam sepi kerap memunculkan berbagai imajinasi. Mungkin itu sebuah ide produktiv, atau sepenggal kenangan dari masa lalu.
Sanjaya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, alam pikirannya melayang pada sebuah kejadian. Peristiwa yang menghancurkan harapannya, harapan untuk bisa melihat Ardi putra kesayangan memakai seragam aparat seperti dirinya.
Keegoisan Nurma telah menghancurkan masa depan anak itu, tersingkapnya tabir rahasia membuat Ardi melangkah keluar rumah. Remaja belia itu memilih hidup menggelandang di jalanan, karena merasa dirinya hanya lah beban.
Sudah menjadi rutinitas Nurma sebagai pedagang barang kreditan berkeliling sampai ke desa-desa. Menawarkan barang dagangannya sembari menagih uang bayaran dari para pelanggan. Kegiatan ini membuat Nurma berminggu tak pulang.
Kepergian Nurma keluar kota merupakan kemerdekaan bagi Ardi dan Tuti, mereka bisa lebih santai melewati hari tanpa harus lelah dengan segala perintah Nurma. Namun hari ini berbeda, hari dimana tersingkapnya tabir rahasia hidup Ardi.
Nurma pulang lebih awal dari jadwal biasa dia menagih, orang-orang Desa gagal panen akibat banjir merendam habis tanaman padi mereka. Tak banyak uang yang didapat karena para kreditur meminta tangguh waktu pembayaran, Nurma kesal tetapi dia tak boleh meluapkan kekesalannya pada para pelanggannya.
Kekesalannya semakin menjadi kala mendapati rumah bak diterjang tsunami, piring kotor bertumpukan, lantai rumah belum disapu, halaman menguning oleh tebaran daun kering.
"Tuti ...! Ardi ...!" jeritnya melengking.
Ardi berlari mendatagi Ibunya, remaja belasan tahun itu terengah-engah begitu sampai di hadapan Nurma.
"Dari mana?" tanya Nurma menghardik.
"Dari kandang ayam, Bu." jawab anak itu.
"Apa yang kau kerjakan di kandang ayam ha! Tidak nampak kah oleh mu rumah ini lebih semak dari pada kandang ayam?" omel Nurman.
Remaja itu cepat mengambil sapu dan menyapu lantai rumah yang memang belum disapu sejak pagi, "Tuti mana?" tanya Nurma.
"Mba Tuti pergi dengan Bang Abi," jawab Ardi.
"Dasar menantu tidak tau diri, ditinggal bukannya menjaga dan mengurus rumah, malah kelayapan macam perempuan jalang," oceh Nurma.
"Entah apa kerja kalian, piring saja sampai berlangau kalian biarkan," sambungnya.
"Ibu istirahat lah Bu, biar nanti Ardi cucikan,"
"Diam kau anak haram, berani kau mengatur aku!" hardiknya membuat Ardi terdiam.