Chapter 2
(Who Is Hylson?)
“Tidak ada kesempurnaan yang abadi, jika kau sendiri masih belum bisa merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya.”
Pertengahan bulan Januari, dimana salju masih mendinginkan kota Los Angeles. Meskipun salju tak turun begitu banyak saat seperti awal bulan. Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang dibilang cukup sempurna, dan juga wajahnya yang memiliki pahatan sempurna. Berjalan menyusuri jalanan kota Los Angeles. Tangannya ia masukan kedalam saku mantelnya, sesekali ia menghembuskan nafasnya. Membentuk sebuah kepulan-kepulan asap yang keluar dari dalam mulutnya itu.
Jika musim dingin tiba, ia lebih memilih untuk berjalan kaki menuju kantornya. Daripada ia harus membawa mobil ditengah jalanan yang licin akibat terkena salju. Lagipula jarak antara apartemen dengan kantornya tidak terlalu jauh.
Alex Hylson, begitulah orang memanggilnya. Memiliki tampang rupawan, dan juga postur tubuh bagai model. Dia adalah salah satu pewaris tunggal dari keluarga Hylson. Siapa yang tidak mengenalnya? Seluruh kota Los Angeles-pun tau, bahwa keluarga Hylson memiliki sebuah perusahaan yang bergerak dibidang makanan terbesar di penjuru LA. Diusianya yang tergolong masih sangat muda, ia sudah di percaya oleh ayahnya untuk mengelola perusahaan. Ya, selain tampan Alex juga pintar. Pintar dalam segala hal.
Namun, siapa sangka dibalik tampang yang begitu rupawan. Tak banyak yang tahu bagaimana sifat asli yang dimiliki anak dari David Hylson tersebut.
***
“Kau berjalan kaki?” Tanya seorang laki-laki yang berperawakan sama tingginya dengan Alex. Saat Alex baru saja memasuki ruangannya. Laki-laki tersebut sudah berada diruangan Alex, sebelum Alex datang.
“Ya, salju masih turun. Dan itu membuatku malas untuk membawa mobil ke kantor. Lagipula, jarak dari apartemenku juga tidak terlalu jauh.” Ucapnya, ia melepaskan syal, jaket dan beberapa pakaian untuk menghangatkan tubuhnya.
“Apa kau datang kepemakaman kelurga Alison?”
Pertanyaan yang membuat kening Alex berkerut, ia menatap tajam lawan bicaranya itu. Entah kenapa matanya memancar sebuah amarah.
“Hey, hey kenapa kau menatapku tajam seperti itu Alex? Seperti kau ingin mencabik-cabik tubuhku saja.” Ucap laki-laki tersebut.
“Billy, sudah kuperingatkan kau untuk tidak membahas tentang keluarga Alison di kantor bukan? Apa kau ingin ku bunuh seperti mereka?” Tegas Alex.
Billy yang mendengarnya hanya dapat bergidik ngeri. Ia, tidak bisa membayangkan jika dia harus terbunuh, diusianya yang masih muda apalagi dirinya yang masih menjomblo. Billy Louis, dia menjabat sebagai sekretaris pribadi Alex. Meski demikian mereka berdua layaknya saudara kembar. Billy yang sama tingginya dengan Alex, dan juga wajah yang juga tampan. Ia menjadi satu-satunya orang yang mengetahui seperti apa Alex sebenarnya.
Saat Alex membunuh keluarga Alisonpun, Billy juga turut menyaksikannya. Betapa kejamnya Alex saat malam itu, ia seperti sedang dirasuki oleh setan. Bagaimanapun, sifat Alex yang sesungguhnya harus ditutup rapat-rapat. Jika sampai ada yang tau, maka reputasi perusahaan yang menjadi taruhannya.
Alex Hylson, bukan keluarga Alison saja yang telah ia bunuh. Banyak rekan kerja-samanya yang meninggal di tangan pria tampan tersebut. Alasan Alex membunuhnya, hanya karna apa yang dirasa belum memenuhi pencapaian pendapatan perusahaannya. Atau yang mengancam merugikan perusahaannya, bahkan ia menjatuhkan reputasi perusahaan musuhnya dengan cara yang bisa dibilang adalah tindak criminal.
Karna kepandaiannya, Alex dapat menyembunyikan jejak pembunuhannya dari kalangan polisi. Mungkin kalau ia tidak piawai, ia sudah menjadi buronan polisi yang sudah dicari-cari sedari dulu.