🍁
Reguler International High School
Disinilah para siswa berdarah campuran menuntut ilmu, bergabung bersama mereka yang juga memiliki kecerdasan luar biasa, dan mereka yang memiliki pundi-pundi keuangan melebihi standar.
Tempat ini juga menyatukan banyak Bahasa, warna kulit, budaya dan kepercayaan. Dimana perbedaan bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka.
.
.
Kini disebuah ruangan belajar yang ribut, berkumpulah seonggok manusia hiperaktif yang sibuk memainkan game di ponsel mereka. Menggeser kursi dan meja membentuk sebuah lingkaran, dan memulai perjuangan di dunia game.
Proses modernisasi membuat siapa saja tak lepas dari benda persegi panjang itu, tak kenal usia, waktu bahkan tempat. Benda itu menyulap segalanya dan membuat dunia baru bagi setiap orang, tak terkecuali orang-orang ini.
Mereka terdiri dari Raichan lee, Laki-laki hitam berhidung pesek nan manis. Marga Lee diturunkan dari kakek buyutnya yang memiliki keturunan Korea. Namun ketahuilah, wajahnya sangat Oriental. Tak seorang pun yang percaya jika remaja berhidung pesek itu memiliki darah Korea, kecuali sahabat-sahabatnya.
Disisi kiri Raichan ada Nadilan Jaelani, Laki-laki tampan yang suka berpose imut dan sering bertingkah aneh, Kpopers akut yang sering dibandingkan dengan Iqbal Ramadhan karna wajah mereka agak-sedikit-mirip.
Disamping Dilan ada Laki-laki tampan yang baik hati dan tidak sombong, Huang Renjun. Laki-laki yang juga terkenal dengan kepolosannya. Dia adalah keluarga Cina yang berimigran, perbedaan budaya membuatnya menjadi sangat polos. Renjun juga terkenal sangat Alim.
Dan satu orang Laki-laki tampan lagi, Jeno Dirgantara. Pemilik nilai tertinggi disekolah yang baru merambah dunia game online, kepandaiannya cukup meresahkan para pemain pro.
Bergeser kesebelah kiri Jeno, para gadis juga ikut duduk melingkar di kursi itu. Mereka tergabung dalam Girls Squaad.
Hana Dee. Gadis yang menjadi main character dalam cerita ini, tidak tertarik sedikitpun dengan dunia game, karna dirinya wanita feminim yang lebih memuja makeup dan fashion. Dia juga memiliki darah Belanda.
Disamping Hana ada Mina, gadis imut dengan suara melengking yang juga pemuja fashion. Dan terakhir, Yeri. gadis cantik berwajah oriental yang terkenal pemarah diantero sekolah.
Mereka sibuk memperjuangkan akun mereka, bertarung bersama avatar favorite masing-masing. Tidak dengan Mina yang sibuk dengan video makeup di Youtube, dan Hana yang sibuk menempelkan stiker dibuku bersampul coklat. Buku salah seorang siswa dikelas itu.
FYI, itu adalah kebiasan Hana saat sang pemilik buku tidak dikelas, ia selalu melakukannya hampir setiap hari. Tidak peduli jika pemilik buku marah padanya, Hana hanya ingin melakukan sesuatu yang mudah diingat dan menandakan jika itu dirinya.
.
.
Akhirnya freeclass berakhir, mereka telah kembali ke kelas masing-masing, Tinggalah Mina dan Renjun yang memang menjadi penghuni abadi di kelas itu.
@ Football Court
Siang ini kelas XII-MIA-2 mendapat giliran olah raga diluar. Hana dan teman-temannya, Yeri, Raichan, Jeno dan Dilan kini tengah berada di lapangan bola yang luas, tempat dimana biasanya para siswa terlambat diberi hukuman. Termasuk Hana yang menjadi langganan terlambat, karna gadis itu sangat sulit bangun pagi.
Diujung sana, Raichan sedang meronta-ronta, komat kamit tidak jelas di bawah pohon besar disudut lapangan. Raichan mengajukan diri sebagai yang pertama untuk penilaian agar dirinya secepat mungkin meninggalkan lapangan. Ia merasa terik matahari lebih panas, dan matahari lebih besar saat kelasnya berolahraga diluar.
Remaja 18 tahun itu mulai mengipas-ngipas wajahnya, jangan lupakan mulutnya yang tak henti berucap. Sampai akhirnya Dilan datang dan duduk disamping Raichan, Laki-laki itu berucap lebih banyak lagi, mungkin karna ada telinga yang akan mendengar keluh kesahnya.
Dilan yang tidak peduli dengan ocehan Raichan hanya meluruskan kaki dan menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya, disaat-saat seperti inilah Dilan merasa dirinya sangat tampan.
Hingga perhatian keduanya beralih pada seorang gadis yang berjalan kearah mereka dengan tampang cukup memprihatinkan.
“Han, tangan kamu kenapa? kena DBD ya?” Tanya Dilan penuh selidik.
“DBD bapakmu, kamu pikir aku tinggal dipemukiman kumuh?” Hana mengerang, kemudian duduk disamping Raichan seraya meluruskan kakinya.
“Mataharinya ada dua ya? kok panas banget?” gadis itu berucap, matanya mulai memandang langit biru yang bersih tanpa awan.
“Hanya orang-orang berkulit gelap yang ngerasain panas, Liat tuh.”
Dilan menunjuk Raichan yang terkenal berkulit gelap.
“Sorry ya, kulit aku putih, mulus, gak kayak Raichan,” Cibir Hana.
“Nggak salah lagi Han, berarti kamu gak mandi tadi pagi, buktinya baru jam segini udah gerah.”
Gadis itu kembali melayangkan tatapan sinisnya pada Dilan. Saat Raichan sudah diam, kini Dilan yang berkoar-koar berbicara hal yang tidak penting. Sungguh cobaan bagi telinga Hana.
“Tangan kamu nggak gatal?”
Dilan yang masih penasaran kembali memperhatikan Hana.
Gadis itu menggeleng, dalam artian jika dirinya tidak merasakan apapun perihal tangan memerahnya ini.
“Han…………. apa jangan-jangan…”
Dilan memotong ucapannya, mimik wajah Dilan berubah menjadi cemas, pemikiran horor melintas di kepalanya. Tak sedikit Membuat gadis itu penasaran dan menoleh kearah Dilan, menunggu apa sekiranya kalimat yang akan keluar dari mulut laki-laki itu. Sungguh, Hana benar-benar takut terjadi sesuatu pada kulit mulusnya.
“Jangan-jangan kamu nggak ikut imunisasi campak waktu kecil,” lanjut Dilan.
Gadis itu terlihat membuang nafas kasar, jawaban Dilan benar-benar diluar ekspektasi. Membuatnya ingin menenggelamkan Dilan di segitiga Bermuda saja.
“Dilan sini deh, tangan aku gataaaaal banget pengen jahit mulut kamu, boleh ya?”