🍁
Pllakkk,,
Suara itu berasal dari tangan Adriana Aliya, ia kembali menempelkan tangannya di wajah seorang gadis bernama Arin. Lia telah membuat jejak keunguan di wajah korbannya. Bukan hanya diwajah, ia juga sudah membuat jejak kebiruan di bagian tubuh lain korbannya.
Hingga kini tangannya menarik kerah baju gadis itu dan mendorongnya kuat, hingga korbannya terlempar jauh ke tumpukan sampah.
Ini bukan kali pertama Lia melakukan hal semacam itu, ini sudah puluhan kali semenjak dirinya memperlihatkan bagaimana seorang Adriana Aliya yang sesungguhnya. Dan Lia juga memiliki bermacam-macam alasan untuk membully korbannya.
Khairani Andita, gadis itu sudah berstatus sebagai korban. Alasan Lia melakukan bullying padanya, memang karna dirinya benci gadis itu.
Semua bermula saat Arin berhasil memenangkan kontes kecantikan disekolah dan berlanjut di tingkat nasional.
Egonya mengatakan jika gadis itu tidak pantas mengikuti kontes kecantikan. Karna menurut Lia, dirinya lebih cantik dari gadis itu. Dan satu hal lagi yang membuatnya semakin benci Arin adalah, saat gadis itu meminta Mark menjadi partnernya di acara tingkat Nasional. Hal itu benar-benar memicu kebencian Lia hingga berakhir dengan tindakan bullying.
Prestasi Arin membuat Dendamnya kian membara, hingga langkah pertama yang ia ambil adalah mengeluarkan gadis itu dari grup cheerleader. Berlanjut dengan mengusik hidup Arin dengan mengirimnya surat sebagai teror, dan berakhir dengan tindak bullying yang ia lakukan secara terang-terangan.
Hingga sekarang gadis itu masih belum puas menggangu hidup Arin.
“WOW,,,,,,, Main keroyokan.”
Akhirnya bantuan datang. Seorang Gadis dengan celana Jeans hitam membantu Arin berdiri.
“Pahlawan kesiangannya datang lagi.”
Yeri, dialah gadis yang berhasil menghentikan Lia, Gadis itu tersenyum manis mendengar ocehan Lia. Karna dirinya merasa ocehan gadis itu bukanlah sesuatu yang masuk akal untuk didengar.
“Lo pasti tau istilah menanam dan menuai…..gua gak sabar melihat apa yang bakal lo tuai.”
Tidak perlu memberi peringatan tegas atau pidato panjang, gadis itu membawa Arin kemobilnya. Memang Sangat mudah bagi Yeri menyelamatkan korban Lia dan membawanya pergi, karna Lia sangat tidak suka berurusan dengan gadis itu.
“Kamu gak papa Rin?” Tanya Yeri khawatir.
Gadis bernama lengkap Khairani Andita itu hanya mengangguk dan memegang erat tali ranselnya.
“Aku antar kamu pulang ya?” Tanya Yeri lagi, Arin hanya mengangguk mengiyakan.
Sementara Lia sang pelaku masih memandang kepergian mereka dengan tangan berlipat didada. Yeri selalu membuatnya tidak bisa berkutik, apa sekiranya yang bisa membuat gadis itu tunduk padanya? Lia tidak bisa terus-terus seperti ini, gadis itu tidak boleh membuat Lia takut padanya.
“Faradilla Yerim”
Lia mengumpat, tangannya juga mengepal ingin melayangkan pukulan pada gadis itu, dia sudah membuat Lia kehilangan kebagiaannya untuk sesat.
“Huh… membosankan.” Lirihnya.
Padahal Lia masih ingin bermain-main dengan Arin, namun Yeri membuatnya harus menyudahi semua itu.
Baiklah, karna tidak ada hal lain yang akan membuatnya terhibur, Lia beralih mengambil ponsel dan mengetikan pesan pada Mark. Setidaknya Mark bisa menghilangkan rasa bosan nya.
19:10 WIB
Sekelompok remaja sedang sibuk memainkan bola basketnya, ada Mark juga disana, bersama Renjun, Jeno, Dilan dan Raichan tentunya. Mereka tergabung dalam klub basket inti disekolah. Dan jangan lupakan tuyul-tuyul yang selalu mengikuti mereka, Chenle dan Jerry.
Sama seperti Renjun, Chenle juga berasal dari China, tepatnya di Shanghai. Dia sudah 7 Tahun tinggal di Indonesia.
Sementara Jerry, dia adalah Bocah Indonesia Asli yang gemar mengoleksi boneka Disney Frozen, dan tokoh kesukaannya adalah Anna.
Kedua bocah ini baru saja menginjakkan kaki di jenjang kedua sekolah mereka. Kedua tuyul-tuyul itu sedang gencarnya merebut posisi kapten basket, baik Chenle maupun Jerry keduanya bersaing untuk mendapatkan posisi itu karna mereka sudah melakukan rencana besar.
“Alasannya?” Tanya Dilan, masih memukul-mukul bahu Jerry, ingin tahu apa alasan keduanya berlatih keras hingga larut malam.
“Abang semua kenal Lami gak? siswi yang baru gabung di grup cheerleader.”
Chenle buka suara dengan malu-malu, membuat semuanya membuang wajah dari kedua tuyul itu. Sangat mudah ditebak, mereka pasti ingin mengincar Lami si anggota baru. Ternyata keduanya sedang berada dimasa pubertas sekarang.
Mark menggeleng-gelengkan kepalanya, akhirnya ketakutan Mark selama ini terhapuskan dengan seorang gadis bernama Lami, Mark fikir kedua tuyul itu saling menyukai satu sama lain. Karna mereka selalu bersama dan sulit dipisahkan.
“Ya gitu deh bg, Lami cantik kan?”
Chenle masih tersenyum malu seraya memukul-mukul bola basket ditangannya.
“Ya jelas lah Lami Cantik, aku juga udah kenal dia dari kecil,” Jeno buka suara.
sementara Renjun yang berada dibelakang masih berbisik dengan Raichan. Renjun tidak kenal dengan gadis bernama Lami itu, bagaimana wajahnya dan seperti apa bentuknya.
“Beneran bang? Bantuin aku ya ya ya?” Chenle berjalan kearah Jeno dengan wajah memohon.
“Ya gak bisa gitu dong, kan aku yang pertama kali kenalan”-Jerry.
“Gak gitu juga, aku yang pertama kali liat dia”-Chenle.
“Gak bisa, Lami lebih dulu kenal aku”-Jerry.
“Enak aja, kamu gak bakal kenal Lami ya kalo aku gak kasih tau.”-Chenle.
“aku gak peduli, intinya aku yang lebih dulu kenal Lami”-Jerry.
“Gak! aku !”-Chenle.