🍁
09:20 WIB
Reguler Internasional High School
Suasana hening mendominasi lorong-lorong sekolah, hanya suara lantang dari para guru yang terdengar dari pintu kelas saat memberi materi.
Para murid tengah memfokuskan diri untuk menerima pelajaran sebelum serangan lapar membagi konsentrasi mereka pada makanan.
Dilain tempat, seorang gadis tengah terbaring lemah di unit kesehatan sekolah, energinya cukup terkuras setelah mengelilingi lapangan bola sebanyak 20 putaran.
Siapa lagi pelanggan lapangan itu kalau bukan Hana Dee, gadis yang semalam dengan sok beraninya bermain-main dengan hujan.
Gadis yang sok berani namun terkenal lemah walau memiliki golongan darah O, dan gadis itu lagi-lagi menjadi penghuni UKS, walau dalam sejarahnya Hana tidak pernah pingsan, namun gadis itu sering kelelahan karna diet ketatnya.
Kini gadis itu hanya diam memandang langit-langit ruangan seraya membalas pesan yang dikirim teman-temannya.
Ada sedikit penyesalan dalam dirinya, andai semalam Hana mencari tempat berteduh dan menghubungi Raichan untuk menjemputnya. Pasti Hana tidak perlu dihukum karna bangun terlambat, dirinya juga tidak perlu menjadi langganan UKS lagi.
Membosankan, Hana benci sekali tempat ini, ruangan bercat putih dengan tirai disisi kiri dan kanan tempat tidur, jangan lupakan bau-bau aneh yang menusuk indra penciumnya. Hana sangat benci bau obat-obatan. Namun apa boleh buat, gadis itu harus mengisi tenaganya terlebih dahulu sebelum dapat beraktivitas kembali.
Cklek,,
Pantulan cahaya dari luar masuk kedalam tempat itu, seketika ruangan menjadi lebih terang dari biasanya, Hana meletakan ponselnya setelah mendengar knop pintu yang baru saja dibuka. Walau tidak peduli, namun Hana tetap membalikan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang
Pemandangan indah menyapanya seketika, ribuan lukisan Leonardo Davichi tidak sebanding dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.
“Mark?”
Bola mata Hana membulat dan energinya kembali 100% kala melihat sang pujaan hati berada ditempat itu. Tiada lagi gemetar ditubuh dan betis Hana saat menangkap sosok Laki-laki keturunan Kanada itu.
“Oooh Mark, kamu jenguk aku?” Tanya Hana percaya diri, dirinya juga sedikit terharu, gadis itu menaruh harapan lebih pada Mark.
Namun Mark yang tidak peduli hanya focus pada tujuannya mencari handsaplast.
Hana mengerucutkan bibirnya saat lagi-lagi Mark mengacuhkannya, ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Hana, jika Mark tidak mengacuhkannya, itu bukan Mark namanya.
Dasar tidak peka, apa waktu 4 tahun belum cukup untuk meyakinkan Mark jika Hana menyukainya? Hana pasti sudah mendapatkan gelar sarjana jika menjadi seorang Mahasiswa.
Apa boleh buat, benda persegi panjang dan dicat bewarna putih disamping Hana lebih menarik perhatian Mark dari pada seorang Hana Dee yang mengaku sedang sakit.
“Mark, kamu tega banget sih. aku lagi sakit tapi kamu nggak peduli…” Rengek Hana memegang kepalanya berakting sakit, walau gadis itu sangat buruk dalam bermain peran, namun Hana masih tetap melakukannya demi mendapatkan perhatian Mark.
Mark menoleh sejenak lalu kembali memasukan kotak yang sempat diambilnya kedalam benda putih itu.
“Aaah perut aku juga sakit, kayaknya aku kelaparan deh,” lagi Hana merengek mencari perhatian Mark, menekan perut yang sedikit berlemak itu dan berpura-pura memejamkan mata.
Laki-laki itu menghela nafas berat melihat tingkah Hana yang dibuat-buat, lalu merogoh saku celananya, memberikan Banana milk miliknya pada Hana, setidaknya untuk membungkam mulut gadis itu agar diam.
“Aaaa Mark, Thank You, kamu perhatian bang... HEY, MARK!!!!!!!!!!” Gadis itu memotong ucapannya saat Mark meninggalkannya begitu saja.
Hana tidak tinggal diam, gadis itu menyibakan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya dan mengejar Mark keluar.