🍁
“Kak Lia!”
Lia yang baru saja keluar dari kelas, menoleh kearah gadis yang menyuarakan namanya.
Seulas senyum pun muncul di wajah mungil itu, kala Yuna sahabat sekaligus adik tercintanya dengan berani mengunjungi Lia kekelas.
Jarang sekali para junior berani melewati tangga pembatas menuju kelas seniornya, namun Yuna membuktikan jika dirinya lebih berani dari siapa saja.
Kini keduanya berada di kantin, mereka berbincang ringan seraya memperhatikan pekarangan sekolah.
Yuna memberanikan diri untuk bertanya tentang pembulian yang dilakukan Lia pada Arin. Berita itu menepati trending topik pertama disekolah, dan Yuna benar-benar penasaran dengan kebenaran berita itu.
“Bener, Aku yang bully.”
Yang benar saja, Lia sangat bersemangat mengakui jika itu dirinya. Yuna menggelengkan kepala, ternyata gadis yang ada dihadapannya benar-benar iblis bertopeng malaikat.
Kini gadis itu bercerita, dan mulai menjelek-jelekan Arin yang sebenarnya jauh lebih baik darinya.
“Apa? Dia bahkan minta kak Mark jadi partnernya? Apa dia udah gila? Bukannya dia tau kalo kakak pacaran sama kak Mark?” Yuna overreact, membuat Lia semakin besar kepala.
Mereka masih bercerita tentang Arin yang kini sudah dewasa dan sangat cantik, dulu Arin selalu menutupi keningnya dengan poni, namun setelah gadis itu membuang poninya, semua berubah, Arin menjadi sangat cantik dan dewasa. Lia sangat iri.
Alih-alih bercerita tentang pembulian, sesuatu terbesit difikiran Yuna, tentang Jeno yang mengantarnya pulang kemarin.
Haruskah Yuna memberitahu Lia jika dirinya menyukai Jeno dan ingin memiliki laki-laki itu?
Lagi pula mereka sangat cocok dari segi visual, Yuna memiliki paras cantik bak tuan putri, sedangkan Jeno sangat tampan seperti pangeran.
Pasti banyak dari mereka yang iri jika keduanya menjalin hubungan. Dan Yuna sangat menginginkan hal itu, Seperti hubungan Mark dan Lia yang sangat fenomenal.
Baiklah, Yuna tidak bisa membayangkannya lagi, dia menginginkan kenyataan. Dan Kini dihadapan Lia, Yuna mengakui semua itu.
“kamu suka Jeno?” Lia mengulanginya pertanyaannya, membuat semburat merah di pipi Yuna.
Yuna benar-benar malu mengakui hal itu, namun dirinya tidak bisa menahan perasaannya lagi, hingga berakhir dengan meminta bantuan Lia untuk kelancaran hubungan mereka.
Hubungan Lia dan Jeno memang tidak dekat, namun setidaknya ada Mark yang akan membantunya.
🍁
@Sport Indoor
Hana duduk disalah satu tribun yang ada lapangan indor sekolah, sepertinya Hana masih belum memiliki banyak tenaga untuk menggerakan tubuhnya, jadi gadis itu menyerahkan pekerjaannya pada Yeri dan Mina saja, lagi pula ada Lia juga disana.
Andai Arin masih berada di klub cheers, mereka tidak akan kesulitan mencari pengganti Arin sebelum pertandingan. Karna Arin sangat pandai melihat bibit bebet bobot calon anggota baru.
“Masih panas, kok gak pulang aja?”
Jeno yang entah datang dari mana lansung menyambar kening Hana yang lebar itu.
“Panas dikit… bentar lagi bakal ilang kok… heheh,”
Hana dengan cengiran khasnya menenangkan laki-laki itu. Tangannya mulai mendorong Jeno agar turun dari tribun dan bergabung bersama timnya.
Hana tidak ingin Jeno terlalu mengkhawatirkannya, bisa-bisa Hana khilaf. Jeno sangat tampan dan baik hati, bisa saja Hana menyukai Jeno jika setiap hari bersikap manis padanya.
Mina Margaretha, gadis itu tengah memberi pelatihan dasar untuk anggota baru, matanya memindai dengan sangat tajam sinkronasi gerakan yang baru ia contohkan.
“Stop!”
Gadis itu menghentikan hitungannya saat banyak diantara mereka tidak bisa mengikuti latihan dengan baik, tatap mata Mina mulai tajam dan menakutkan bagi anggota baru. Ditambah Yeri yang dikenal pemarah juga terlihat kesal karna banyak yang berbuat kesalahan.
Keduanya masuk kedalam barisan dan menarik beberapa orang keluar.
“Jer, Lami…” Chenle berbisik.
Netranya menangkap Lami yang ditarik keluar dari barisan, rasa cemas mulai menyambanginya, hingga keduanya mulai fokus memperhatikan anggota cheers yang latihan.
Selang beberapa detik, beberapa gadis juga ikut ditarik keluar dari barisan. Sang ketua mulai berkoar-koar, membuat Chenle dan Jerry semakin penasaran dan berniat menyambangi mereka.
Apa sebenarnya yang membuat Mina mengeluarkan suara melengkingnya?
Namun semua kandas sudah saat Mark sang kapten menarik telinga keduanya untuk kembali.
“Aaa baaaang sakit!” rengek Chenle mengelus telinganya yang memerah.
“Sebenarnya kalian mau ikut basket atau Cheerleader? Kok lebih perhatian ke mereka?” tanya Mark melipat tangannya didada.
Keduanya tidak menjawab, sepertinya jawaban apapun yang mereka lontarkan akan terdengar seperti alasan. Keduanya kembali focus pada bola yang ada di tangan Chenle. Mereka tidak ingin membuat masalah, walau fikiran mereka masih berada di tim cheerleader. Dolar Chenle tidak bisa membuatnya jadi kapten.
Kini sang kapten membalikan tubuhnya, memperhatikan tim cheerleader yang memakai bibir lapangan, suara cempreng Mina cukup membuat telinganya terusik dan penasaran dengan apa yang terjadi.
Senyumnya mengembang kala pujaan hati melambaikan tangan dan tersenyum manis padanya. Mark balik tersenyum dan menatap gadisnya penuh cinta.
Semua mata yang melihat tingkah keduanya memberikan cuitan putus asa, tak terkecuali Hana.
Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan, saat melihat Mark tersenyum penuh cinta? Semoga tuhan menjaganya dari niat buruk Lia.