🍁
Reguler Internasional High School selalu memiliki cerita tak terduga setiap harinya, sekarang masih tahun ajaran baru, namun para siswa sudah dimanjakan dengan kasus yang disebabkan oleh kenakalan Remaja.
Dimulai dari tragedy jatuhnya Lia, bulliying Lami dan Arin, sekarang Arin juga mencoba melakukan percobaan bunuh diri, Benar-benar cobaan bagi sekolah mereka, mengapa kejadiannya beruntun seperti ini?
Semuanya dibuat kalang kabut oleh tiga peristiwa itu, bahkan kebenaran tentang jatuhnya Lia belum terselesaikan, kasus bulliying Lami masih dipertanyakan, dan sekarang mereka harus menghentikan percobaan bunuh diri Arin.
Pihak Sekolah juga dibuat panik, guru-guru yang tidak terlalu dipentingkan dalam rapat mulai sibuk mencari jalan keluar masalah ini, dan mewanti-wanti orang luar agar tidak tau masalah ini, karna itu bisa mencoreng nama baik sekolah.
Detak jantung Hana benar-benar lebih keras dari biasanya, Gadis itu tidak memikirkan hal lain lagi, selain menyelamatkan Arin yang terlihat sangat rapuh dan mudah diterbangkan angin.
Hana sangat tahu alasan mengapa Arin ingin mengakhiri hidupnya, dan Hana merasa bertanggung jawab untuk mengakhiri pilihan Arin yang jelas-jelas akan membahayakan nyawanya.
Sekarang posisi Hana sudah berada digedung yang sama dengan Arin, bahkan di rooftop tempat Arin ingin mengakhiri hidupnya.
Saat mereka sibuk dengan pintu menuju Rooftop. Hana menemukan alternative lain yang bisa membuatnya tiba di tempat itu lebih cepat.
Sebuah menara dari tiang besi yang diatasnya bertengger lampu-lampu dan pengeras suara sebagai pusat informasi.
Gadis itu sengaja memutus aliran listrik dan memajat tiang itu. Bengan bantuan AC dan saluran pembuangan air. Akhirnya Hana bisa tiba disana.
FYI, Hana sangat jago memanjat, bahkan Hana bisa memanjat pohon kelapa yang tidak bercabang itu. Semuanya sudah ia buktikan saat liburan tahun lalu, Hana memetik 7 buah kelapa saat mereka liburan di pantai.
Back to reality, Hana masih berdiri disana. Gadis itu memegang kedua lututnya, peluh bercucuran didahi Hana, terlihat banyak goresan ditangannya, dan Hana tidak peduli. Selama ada dokter kecantikan, goresan ditangannya tidak terlalu jadi masalah.
Kini yang menjadi masalah bagi Hana adalah untuk melompat setinggi 2 meter, Hana belum cukup berani melakukan hal itu, Gadis itu kembali berada dalam kesulitan.
Hingga dirinya berusaha sekuat mungkin mengalahkan rasa takut itu dan memberanikan diri untuk melompat, Walau Hana tidak percaya dirinya akan baik-baik saja saat tiba disana.
Demi keselamatan Arin, Gadis itu melompat dari genteng walau yakin dirinya akan terluka. Karna tembok yang kasar dengan permukaan yang tidak beraturan sudah siap menunggu Hana.
Tap
“akh!”
Hana merintih, saat dugaannya benar-benar terjadi. Perih sekali rasanya, tubuh bagian kanan Hana tidak berfungsi dengan baik, dan lengannya mendapatkan luka.
‘Arin ayo turun!!’
‘Arin turun!’
‘Arin…’
Gadis itu kembali bangun saat mendengar sorakan teman-temannya, mendekati Arin yang kini berdiri di tembok rooftop dan mulai membujuknya.
“Arin” panggil Hana, mulai mendekat kearah Arin, sesekali Gadis itu merintih dan menutupi lukanya.
Arin tidak peduli, bahkan tidak bergerak sedikitpun.
Hana menghela nafas, mulai kebingungan bagaimana cara menghentikan Arin yang sedang dikuasai dengan hawa negative dalam dirinya.
Tidak ada acara lain, Hana memilih untuk naik ke tembok setinggi 1 meter itu dan berdiri disamping Arin.
“Oooo shit,, tinggi banget,” Hana mengumpat, dirinya benar-benar terkejut melihat ketinggian itu, terlebih banyak orang dibawah yang terdengar menyorakan Namanya.