🍁
Arin harus mendapatkan perawatan intensif dirumah sakit karna luka dikepala dan stress yang dialami nya akhir-akhir ini, Mina dan Yeri yang baru saja meninggalkan rumah sakit benar-benar tidak tega melihat Arin.
Ibunya sudah mencoba menolak keingingan sang ayah yang ingin menjodohkan Arin dengan Laki-laki yang 10 tahun lebih tua darinya, sang ibu juga merasa perjalanan Arin masih panjang dan menolak perjodohan itu.
Namun ayahnya bersikeras dengan keputusannya, hingga membuat Arin stress, bahkan akhir-akhir ini Arin cendrung melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
Gadis itu merasa terikat dan tidak bisa melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya, karna sang ayah juga memberinya pengawal untuk memata-matai Arin. Belum lagi masalah nya disekolah dengan Lia, Dunia Arin seperti jungkir balik.
Berita ini pun sampai kepada Hana lewat sambungan telfon mereka, Hana baru saja pulang dari Klinik karna paksaan sang ibu, awalnya ibunda Hana ingin membawa anaknya ke Rumah sakit, namun karna Hana takut disuntik, jadilah sang ibu membawa Hana ke klinik sahabatnya.
Kini Gadis itu benar-benar merasa kasihan pada Arin. Hana membenarkan, jika perjodohan memang tidak seindah yang Hana fikirkan, mungkin karna Gadis itu hanya memikirkan jika dirinya akan dijodohkan dengan Mark, jadi Hana merasa perjodohan adalah sesuatu yang indah.
Namun setelah difikir-fikir lagi, dijodohkan dengan Mark itu memang indah.
Hana segera keluar dari kamar dan mencari sang ibu. Meminta agar dijodohkan dengan Mark bagaimanapun caranya.
15 mintes latter
“Mamaaaaaaa…..” rengek Hana lagi, masih mengekori ibunya.
“Jangan yang aneh-aneh deh, kamu anak mama satu-satunya.”
“Maka dari itu Ma, jodohin aku sama Mark ya,” pintanya lagi.
“Nggak Mau, kamu cari cowok sendiri aja.”
Hana menggeleng, sama seperti ibunya yang menggeleng melihat anaknya yang sangat centil.
Wanita paruh baya itu benar-benar menyesal menceritakan perihal perjodohan Arin pada anaknya. Hal itu membuat Hana ikut-ikutan ingin dijodohkan.
“Mamaaaaaaa…” rengeknya lagi.
“Gak ada jodoh-jodohan,” tolak sang ibu lagi meninggalkan Hana disana.
Baiklah, lagi-lagi Hana gagal, namun Hana tidak akan menyerah. Bahkan Tomas Alva Edison telah mengalami kegagalan 1000 kali sebelum menemukan lampu. Bagaimana mungkin Hana kalah darinya hanya karna tidak mampu meluluhkan hati Mark? Gadis itu memilih untuk istirahat ke kamar dengan berjalan pincang.
Sayangnya, perjalanan Hana terhenti saat bel rumahnya berdering.
Jangan tanya siapa, tamu yang datang adalah Raichan dan Jeno, alasan mereka datang adalah untuk menjenguk Hana.
Mereka juga membawa beberapa makanan kesukaan Hana dan memakannya bersama, pemandangan ini memang sudah biasa, dan keduanya sering melakukan hal itu, terlebih Raichan yang bahkan sering menginap dirumah Hana.
🍁
Seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Arin sudah bisa pulang kerumahnya, orangtuanya memutuskan untuk melakukan homeschooling. Gadis itu sudah berada di semester kedua dan sebentar lagi ujian, tidak mungkin baginya untuk pindah sekolah.
Luka ditubuh Hana juga sudah mengering, Hana juga tidak berjalan pincang lagi. Namun sayangnya, Lami harus menjadi korban selanjutnya.
Beberapa dari mereka sudah mengetahui pelaku pembulian Lami, tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk bersaksi, karna mereka juga takut menjadi korban.
“Tan, Mark gak dirumah?” tanya Mina yang menyelonong masuk ke dapur rumah Mark.
Gadis itu lansung berlalu kerumah Mark sepulang menjenguk Arin di rumahnya, Mina berencana menangih janji Mark untuk mengajarinya hoverboard.
“Mereka keluar deh kayaknya,” lanjut ibunda Mark seraya mengangkat gorengannya.
Mendengar kata ‘mereka’ membuat Mina mendekat kearah wanita paruh baya itu, dan memakan gorengan yang ia berikan.
“Mereka Siapa?” tanya Mina penuh selidik. Membuat bola mata ibunda Mark bergerak tidak karuan, mengingat nama Gadis yang pergi bersama Mark.
“Maya? Yaya? Miya? Aduh …. siapa ya namanya...”
“Lia?” potong Mina.
Wanita paruh baya itu mengangguk, dan mulai menikmati masakannya.
Sementar Mina menghela nafas dan berpamitan pulang, bahkan mendengar namanya saja membuat Mina kesal dan memilih untuk meninggalkan ibunda Mark disana.
Semenjak kejadian hari itu, Mark seperti menjaga jarak dengan teman-temannya, mereka jarang berkumpul. Bahkan Bersama Raichan, Jeno, Dilan dan Renjun juga, biasanya mereka selalu bermain basket diakhir pekan, dan sekarang semuanya terlupakan.
Biasanya Mina juga sangat betah berada dirumah Mark, namun setelah mendengar nama Lia, Gadis itu kesal seketika. Terlebih setelah dirinya dan Yeri mengetahui siapa dalang dari pembullian Lami, Gadis itu benar-benar benci Lia.
Keduanya sempat singgah dirumah Lami, memaksa Lami secara halus untuk memberitahu siapa yang membuatnya menjadi seperti itu.
Dan tentu saja jawaban Lami sesuai dengan ekspektasi mereka, Yuna Shalsabilla. Hanya saja keduanya perlu bukti untuk membeberkan semua ini.
Sepertinya kubu Lia mulai menyerang mereka dengan bantuan Yuna.
Mark benar-benar bodoh, bagaimana mungkin dirinya bisa percaya pada orang-orang itu, bahkan Mark tidak peduli dengan keadaan Hana saat Gadis itu terluka.
🍁
“Mommy~~~~”
Raichan berteriak dari lantai dua rumah Hana, membuat ibu dan Ayah Hana yang sedang menonton TV dibuat terkejut, karna Raichan berlari menuruni tangga.
“Mi,, Hana aneh banget, kayak orang kesurupan,” desak Raichan lalu menyuruh keduanya kekamar Hana.
Setibanya dikamar Gadis itu, ibu dan Ayah Hana juga dibuat panik melihat keadaan anaknya.
‘apa mimpi buruk separah ini?’ batin Raichan melihat ibunya kesulitan membangunkan Hana.
Seluruh tubuh Hana dipenuhi keringat, dan Gadis itu merintih, Raichan benar-benar takut Hana kesurupan.
Sang Ayah mengguncang tubuh anaknya hingga Hana akhirnya terbangun.