🍁
Akhirnya umpan Jeno dimakan Hana, terlebih saat matanya semakin perih, dan Hana merasakan darah mengalir dilengannya.
Gadis itu kembali meraba pintu toilet dan membukanya perlahan.
Semuanya bernafas lega saat Hana berhasil mengalahkan rasa takutnya dan ikut kerumah sakit bersama mereka.
Plakkk,,,
Bughhh,,
Plakk,,,
Kurang lebih seperti itulah bunyi tamparan dan pukulan yang menghiasi koridor di lantai dua.
Yeri yang melihat dengan jelas, Lia dan Yuna menyiram Hana ditoilet sudah tidak tahan lagi, dirinya sangat berapi-api untuk membalaskan dendam pada Lia.
Hingga Yeri tidak peduli lagi dengan hukuman yang akan ia terima. Dendamnya yang tak terbalaskan dan sudah ditahan beberapa tahun itu, satu persatu ia lampiaskan.
Dibantu dengan Mina yang sedikit berotot, mereka mulai bertengkar ala siswa perempuan. Mina mulai mengambil alih Yuna, dan Yeri yang tidak ingin melepaskan Lia begitu saja.
Dimulai dengan saling menarik rambut hingga saling memukul, bahkan saling merobek seragam.
“Stop!” teriak Mark menengahi, dan menarik Lia pelan kebelakangannya. Melindungi Gadis itu dari Yeri yang sedang membabi buta.
“Minggir lo Mark! ini urusan cewek, lo mian bola aja sana!” erang Mina menarik lengan Mark, sementara Yeri kembali menarik Lia untuk melanjutkan pertarungan mereka yang sempat tertunda.
Koridor dilantai dua benar-benar sangat ribut dan berubah menjadi ring tinju, terlebih saat Yeri kembali beraksi.
Plllakkk,,
Yeri kembali menampar Gadis itu dan menarik rambutnya kuat, lalu mendorongnya ketembok. Yeri tahu betul, Lia tidak akan memberi perlawanan karna ada Mark disana, jadi Yeri memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
“Yeri!!” teriak Mark khawatir, melihat kekasihnya yang setengah terkapar karna ulah gadis itu.
Mark menarik lengan Yeri agar gadis itu menjauh dari kekasihnya.
“Lia… kamu baik-baik aja?”
Mark menanyakan keadaan Gadis yang hanya merintih kesakitan itu, dan membawanya ke UKS.
Sementara Yuna yang juga sudah berantakan, mengikuti mereka ke UKS diikuti oleh dayang-dayangnya.
Beruntung Hana sudah tidak ada disana saat mereka tiba. Dan Mark sedikit terkejut melihat darah yang berserakan di bedcover.
Kenyataan yang dilihatnya membuat Mark berfikir lagi, apa benar Lia melakukan hal itu pada Hana?
Melihat raut wajah Mark yang bertanya-tanya, membuat Lia cukup khawatir akan kebohongannya, dan kembali membujuk Mark.
“Kamu percaya mereka?” tanya Lia dengan suara bergetarnya.
Mark hanya diam, ia tidak tau harus percaya pada siapa saat ini. Hingga Lia mulai menjelaskan apa yang terjadi.
Lia mengatakan jika Hana dan kawan-kawannya mengunci Lia di toilet, beruntung Yuna datang dan membukakan pintu untuknya, namun keduanya terjebak dalam tempat itu selama istrahat.
Hingga keduanya berteriak meminta bantuan. Namun Yeri mengacam mereka dengan menyiramkan cairan pembersih toilet jika merekat tetap tidak diam.
Hingga akhirnya air yang sudah bercampur cairan kimia itu menyiram dirinya sendiri, karna Yeri ketakutan dengan kecoak yang keluar dari balik alat bersih-bersih, lalu mereka kabur.
Namun Yeri tidak tinggal diam, karna air itu mengenai dirinya dan Hana yang sedang terluka, hingga akhirnya Yeri mengejar Lia dan memberinya pelajaran.
Lia menundukan kepalanya, seakan-akan Mark tidak percaya padanya.
“Jangan nangis, aku percaya kamu kok.”
Mark membawa Gadis itu kepelukannya, mengelus pelan rambut lurus itu dan menghujaninya dengan kata semangat.
Lia tersenyum diantara tangisnya, diiringi dengan senyum manis Yuna yang sedang mendapat pengobatan disampingnya.
@ Hospital
“Coba dibuka pelan-pelan.”
Dokter itu mengintruksikan, Hana pun memberanikan diri membuka matanya.
Awalnya memang sangat perih hingga Gadis itu meneteskan air mata, namun perlahan rasa perih itu menghilang dan Hana bisa membuka matanya kembali, walau itu terasa sangat berat.
“Syukurlah, aku gak perlu disuntik,” Hana mulai tenang
“Emang siapa yang mau nyuntik kamu? jarum suntik aja nggak bakal nembus tu kulit,” cemooh Raichan.