Time For Us

Pratiwi_Hwang
Chapter #11

Sadar Mark!

🍁

10:00 AM

Reguler International High School

    “Skorsing?”

    

    Ketiganya ternganga mendengar kalimat itu, mereka benar-benar tidak terima.

Apa guru BP tidak melihat mata Hana yang masih merah dan luka ditangannya yang belum kering?

    Tega sekali dirinya mengatakan jika ketiganya adalah tersangka dari kasus ini.

    Lia benar-benar sangat pandai, gadis itu sudah membalikan fakta tentang dirinya pelaku menjadi korban.

    “Jadi selama tujuh hari kedepan kita nggak ketemu?” tanya Renjun pada Mina, saat gadis itu merapikan buku-bukunya.

    “Hmm,” jawab Mina ketus, dengan tatap mata tidak alih dari Mark.

    Demi Dolar Suho EXO, Mina benar-benar kecewa. Pasalnya Mark lah yang melaporkan kasus ini pada guru BP.

    Sementara dikelas Hana, Jeno mencoba menenangkan gadis itu, Jeno memberinya masukan positif, agar Hana tidak salah dalam bertindak lagi.

    “Aku bakal main kerumah kamu,” tutur Jeno, mengakhiri nasehat panjangnya.

    Gadis itu hanya mengangguk, menyudahi aksi beres-beresnya dan berjalan keluar kelas Bersama Yeri.

    Diwaktu yang sama, Mina pun keluar dari kelasnya. Kini ketiganya berlalu meninggalkan lantai tiga sekolah dengan rasa dongkol yang memuncak.

    Terlebih Lia dan Yuna sudah menunggu mereka dilantai dasar.

    

    Yuna melangkahkan kakinya kedepan saat ketiganya mendekat, gadis itu menunduk dalam-dalam memperlihatkan fleksibilitasnya, sudut bibirnya pun tertarik sembari berucap.

    “Maaf ya kakak-kakak,” tuturnya, diiringi tawa nenek lampir yang membuat Mina ingin melayangkan pukulan beruntun lagi pada gadis itu.

    “Jangan seneng dulu!”-Yeri.                     

    “Semuanya nggak berjalan seperti yang kamu fikirkan.”-Mina.

    Merekapun mulai adu tatap, saling melempar rasa benci dan saling mengingatkan satu sama lain.

    Namun hal itu tidak bertahan lama, sampai Hana berucap.

    “Udah, mending kita libur duluan,” Hana menyudahi, Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan mereka.

    Gadis itu juga berlalu meninggalkan keduanya, tak lupa membawa kedua sahabatnya yang masih ingin melanjutkan pertempuran mereka disana.

    Lia melipat tangannya, dan memandang punggung ketiganya dengan senang hati, gadis itu merasa jika dirinya telah mendapatkan satu score untuk mengalahkan Hana.

    Sama seperti keduanya, Mark juga sedang memandangi Hana and the genk dari jendela kelas, rasa menyesal mulai menyelimuti perasaan Mark. Ia merasa sudah salah mengambil tindakan, para siswa terdengar sangat bermasalah dengan keputusan sekolah yang membuat ketiganya di skorsing.

    Baiklah, Mark tidak bisa percaya pada siapapun selain dirinya sekarang. Mark harus mencaritahu kebenaran itu sendiri.

🍁

    Sudah tiga puluh menit lebih Hana berada di dalam mobil, namun gadis itu tidak berani keluar.

    Masih terlalu pagi, masih pukul 11 siang, dan gadis itu sangat buruk dalam hal berbohong, apa yang harus Hana lakukan? Hana tidak mungkin menunggu ibunya keluar dari rumah atau pukul 2 tiba.

    Akhirnya dengan segala keberanian yang masih tersisa, Hana keluar dari mobilnya dan memilih masuk lewat pintu dapur.

    Ia mengendap-endap seperti tikus mencuri makanan di malam hari.

    “Aaaaaa” rintihnya, saat sang ibu yang berada dibalik kulkas lansung menarik telinga sebelah kiri Hana tanpa ampun.

    “Aaaa Mama…!!!” pekiknya lagi, berusaha melepaskan tangan sang ibu dari sana.

    Bukannya melepaskan anak satu-satunya, wanita paruh baya itu malah menyeret Hana kedalam kamar yang berada di lantai atas.

    “AAaaa Sakiiit ma….” rengeknya, mengelus-elus telinga yang sudah memerah itu.

    Sementara sang ibu mulai menatapnya tajam, membuat Hana yang awalnya merintih kesakitan kembali diam, dan mengalihkan tatapan dari sang ibu yang terlihat menakutkan seketika.

    Sepertinya wanita paruh baya itu sudah mendapatkan laporan dari sekolah, jika anaknya di skorsing selama 7 hari.

    “Oohh Hana Dee, haruskah mama makan kamu, dan lahirin kamu lagi?”

    Gadis itu hanya diam, membela diri sepertinya tidak berguna saat ini.

    “Mama ingin……. ini yang pertama dan terakhir kalinya!”

    Hana menundukan kepalanya lebih dalam lagi, dan memasang wajah tak berdosanya.

    “Sebagai hukuman, mobil kamu mama sita dan kamu gak boleh kemana-kemana!”

    Wanita paruh baya itu mengambil kunci mobil ditangan Hana dan meninggalkan gadis itu disana, tidak peduli dengan Hana yang sudah merengek dan menarik-narik tangannya.

Lihat selengkapnya