🍁
Hari-hari berlalu seperti seharusnya, Hana teguh pada pendiriannya untuk tidak mengenal siapa itu Mark.
Bahkan sampai sekarang, saat ujian praktek dilaksanakan Hana masih saja menganggap Mark orang lain, walau dirinya sangat teriksa oleh hal itu.
Beruntung ada Jeno, dia yang selalu membantu Hana melewati kegalauannya, dia yang selalu mengukir senyum indah itu di bibir Hana, dan dia yang selalu hadir diantara kesepian itu.
Yah, dia bersungguh-sungguh ingin membahagiakan gadis itu, gadis yang sudah bertahun-tahun ia kenal dan kini mengisi hatinya.
Hana tidak tau bagaimana perasaan itu bisa lahir dalam diri Jeno, hingga kini dirinya nyaman bersama laki-laki itu.
Hari demi hari mereka lalui bersama, semuanya terlihat tenang, Lia tidak pernah lagi mengusik Hana.
Hingga berita besar datang kala rintik hujan berhenti menjatuhkan butiran air itu ke Bumi
“Huh?”
Kata itu mengekspresikan jika dirinya terkejut, gadis itu terkejut bukan main.
“Seperti yang kamu inginkan, perusahan Daddy Mark mengalami penurunan, mereka minta tolong sama papa, dan papa kamu nggak mau bantu dengan percuma,” jelas sang ibu.
Ada rasa bahagia, namun setelah keinginannya terwujud, Hana merasa ini bukan keputusan yang baik untuk keduanya.
“Ma….. aku cuma bercanda waktu itu, aku nggak serius,” jelas Hana.
“Dulu, sekarang udah beda lagi, bahkan kamu di skorsing kan karna memperebutkan Mark, bener kan?” lanjut sang ibu sedikit menggoda.
“Apa Mark udah dikasih tau?” tanya Hana, tanpa menjawab pertanyaan sang ibu terlebih dahulu.
“Coba deh, kamu Tanya lansung ke dia.”
Sang ibu meninggalkan gadis itu dikamarnya. Hana pun mengambil ponselnya dan memonitori nama Mark beberapa saat.
Tangannya tidak berani lagi mengetikan pesan untuk laki-laki itu, ia sudah terikat pada janji yang dibuatnya sendiri.
Brakkkk
Suara pintu yang dibuka dengan sangat keras ditangkap indra pendengaran Hana, lalu keluar lah sesosok manusia berhidung pesek Raichan Lee.
“Han? Demi apa? Kalian beneran dijodohin?”
Raichan tidak dapat berkata-kata lagi, sepertinya Hana bisa menuliskan nasib nya sendiri, apa yang diinginkannya selama ini terkabul sesuai dengan scenario yang ia buat.
“Chan, temenin aku berenang ya, aku perlu mendinginkan kepala aku.”
Hana menukar topik dan meninggalkan laki-laki itu disana, Raichan pun mengangguk dan mengekori gadis itu.
Hana mulai menenggelamkan tubuhnya di sana. Melipat kakinya dan memeluk lututnya.
Hana sudah menyerah, bahkan untuk misinya. Dan kini sesuatu yang sangat Hana inginkan terjadi. Namun sudah sangat terlambat waktunya, sangat-sangat terlambat.
Hana sudah berusaha untuk melupakan semuanya, dan menikmati waktunya tanpa Mark.
Dan Jeno, laki-laki yang kini selalu menemani harinya, Hana benar-benar tidak sanggup melihat respon laki-laki itu.
Jeno pasti akan sangat kecewa jika dirinya tahu berita ini, mereka memang hanya berteman, namun Hana sangat special dimata Jeno.
21:00 WIB
“Hanaaa www aaku uuuwwuwdah kediwiwinginan.”
Raichan sudah menggigil, namun Hana masih saja menenggelamkan dirinya disana, didasar kolam.
Ia masih memikirkan ucapan sang ibu yang sangat tidak masuk akal menurutnya.
Tidak, Hana tidak bisa menerimanya begitu saja, dan Hana yakin Mark juga tidak terima dengan perjodohan ini.
Baiklah, Hana akan memberitahu sang ibu secepatnya jika dirinya menolak perjodohan ini.
Gadis itu mulai merenggangkan tubuhnya dan naik ke permukaan.
“Ayo!” tuturnya.
Mengajak Raichan keluar dari kolam renang, Hana juga kasihan melihat Raichan yang kedinginan.
🍁
7:30 WIB
Reguler International High School
Akhirnya gerbang kebanggaan satpam sekolah tertutup sempurna, tepat saat mobil Raichan menampakan diri.
“Han, aku gak suka ya berkeringat dipagi hari!!” erang Raichan pada Hana.
Hana hanya pasrah dengan pemandangan didepannya, lalu meminta satpam membukakan pintu untuk mereka.
Beruntung sekali ada pak Juno disana, membuat Hana dan Raichan benar-benar harus berkeringat pagi ini.
Mereka harus menyelesaikan 20 putaran karna terlambat sepuluh menit.
Awalnya tidak ada yang menyangka jika keduanya sedang berlari. Namun setelah putaran kelima, satu persatu dari mereka mulai merapat ke jendela, mendapati keduanya yang sedang berlari dilapangan.
“Sahabat sepopok kena hukuman.”
Dilan mentertawakan dari dalam kelas, sementara Jeno sudah berlari ke lapangan, menemui Hana yang sedang berlari.
Jeno melihat Hana yang tidak baik-baik saja dari kejauhan, Jeno juga sangat mengkhawatirkan kesehatan Hana akhir-akhir ini.
Sementara Yeri berlari kekelas sebelah mencari Mina, beruntung kelas sebelah Freeclass dan semua murid juga tengah memandang keluar jendela. Kecuali Mark yang duduk dikursinya dengan earphone yang menempel ditelinga laki-laki itu.
“Aku yakin Hana nggak bisa tidur karna hal itu.”
Mark membuka mata saat telinganya mendengar nama gadis itu.
“Lagi pula itu bukan keinginannya dia, walaupun di situasi ini Hana terlihat sangat menginginkan per-jo-do-han itu,” lanjut Yeri, memperjelas di kata perjodohan.
Sementara Mark masih setia mendengar ocehan keduanya, seraya memikirkan perihal perjodohannya dengan Hana yang juga baru ia ketahui.
“GAWAT, Hana pingsan!!!”
Baik Yeri maupun Mina berlari kearah jendela, terlihat Jeno yang berlari menggotong gadis itu ke UKS.
Mark yang tadinya tidak peduli, diam-diam melihat jendela dan mendapati hal yang sama.
Renjun, Yeri dan Mina lansung berubah haluan menuju UKS, sementara Mark kembali ke kursinya. Ada rasa ingin tahu kondisi Hana, namun disuatu sisi Mark juga tidak ingin memperdulikan gadis itu.
Raichan lansung membuka pintu UKS dengan tergesa. Beruntung penjaga UKS ada disana, hingga dirinya bisa memberi pertolongan pada Hana.