Time For Us

Pratiwi_Hwang
Chapter #16

Ketahuan

🍁

Lia kembali masuk kedalam mobil dengan emosi itu, kini dirinya benar-benar yakin jika Mark memiliki perasaan untuk Hana.

Jika memang perjodohan itu benar seperti yang dikatakan Mina, Lia akan menggagalkan bagaimanapun caranya.

Jika perlu, Lia akan memakai semboyan Hana yang mengatakan akan menculik Mark dari pelaminan.

Thank You Mom,” tutur Hana, saat menerima bingkisan dari Ibunda Mark, sementara Mark masih diam dan stay cool seperti yang biasa ia lakukan.

Kedatangan keduanya benar-benar mendadak, membuat Hana tidak memiliki banyak waktu untuk mengatakan pada sang ibu jika dirinya ingin menolak perjodohan itu.

Tidak perlu dipertanyakan lagi alasannya, Hana sudah mengikhlaskan masa depannya pada penyakit yang dideritanya. Hana tidak punya harapan lagi untuk memiliki pendamping hidup. Sekalipun itu Mark, orang yang sangat Hana cintai.

Namun sayangnya sang ibu tidak mengerti, bahkan meninggalkan keduanya disana, dikamar Hana.

Tinggalah Hana yang menangkupkan wajahnya dengan bola mata yang bergerak kesana kemari, gadis itu tahu betul Mark benci situasi ini, dan sangat benci perjodohan itu, terbukti dengan caranya memandang Hana dengan tampang tidak suka.

“Mark, aku tau kamu nggak suka situasi ini dan keputusan yang dibuat orang tua kita, aku bakal bertanggung jawab dengan itu,” tutur Hana, mulai bangkit dari posisinya yang setengah berbaring.

“Bukannya kita nggak saling Kenal?” sindir Mark, mengingatkan Hana pada ucapannya.

“Maaf, kamu terlalu popular untuk tidak aku kenal.”

Hana membuat alasan dan meninggalkan Mark disana.

“Emang gimana cara lo bertanggung jawab?” tanya Mark, masih dengan tangan berlipat didadanya.

“Aku bakal nolak perjodohan ini,” lanjutnya, membuat ada rasa tidak suka dalam diri Mark dan tidak menginginkan hal itu terjadi.

Hana pun keluar dari kamarnya, menapaki satu persatu anak tangga dirumahnya.

“Ma…” pangggil gadis itu setelah tiba diruang tengah, membuat kedua wanita paruh baya itu menoleh kearahnya dan membantunya duduk.

Sementara Mark sudah berdiri di ujung tangga, berusaha menghentikan Hana, namun dirinya tidak tau bagaimana caranya.

“Kalo pengen sesuatu kamu bisa panggil mama, gak usah banyak gerak dulu.”

“Nggak ma, aku cuma pengen ngasih tau sesuatu.”

no’ batin Mark, ia tidak menginginkan hal itu terjadi.

“Soal perjodohan……..”

Kedua wanita paruh baya itu saling tatap, membuat Mark sudah tidak tahan lagi dan buka suara “ Kita mau tunangan pas lulus sekolah,” pintanya tanpa aba-aba, berhasil membuat Hana melongo.

Ada sedikit rasa bahagia dalam hatinya, benarkah yang diucapkan Mark? ia menaruh harapan lebih pada ucapan laki-laki itu.

Namun sirna sudah harapan Hana, saat Mark kembali membawanya kekamar untuk beristirahat.

Are You Crazy? Apa kamu benar-benar benci aku?”

kini Mark membentak Hana yang tersenyum manis untuknya. Seketika itu pula senyum diwajah Hana menghilang digantikan dengan kerutan di keningnya.

“Kenapa? Aku cuma ingin meluruskan sesua….”

“Sesuatu? Apa? Ego lo? gue juga nggak berharap dengan perjodohan ini, gue cuma memikirkan keluarga gue. Keluarga gue menggantungkan harapan pada perjodohan ini, dan gue harus menekan ego gue buat nerima lo!”

Hana cukup terdiam mendengarnya, tidak perlu ada kata benci yang keluar dari mulut Mark. Cukup dengan kata-kata yang baru saja ia lontarkan pada Hana, itu sudah membuktikan jika Hana bukan apa-apa dimata Mark, laki-laki itu juga  memperjelas jika dirinya sangat membenci Hana.

“Kenapa?! Kenapa lo diam?!”

Mark kembali membentak gadis itu. Mark tidak ingin membatalkan perjodohan itu, dan sikap Hana membuatnya geram. Karna gadis itu sudah seenaknya saja menghentikan perjodohan mereka.

“Jangan kayak anak kecil lagi, gue udah muak dengan perlakuan lo…… lo udah bertindak melampaui batas, bahkan disekolah ….”

“Kamu nggak tau alasanku melakukan itu Mark, kamu pikir aku melakukan hal itu semata karna keinginannku sendiri? Nggak, aku juga manusia biasa, aku juga punya rasa malu, bahkan aku menjatuhkan harga diriku demi kamu…”

“Lo nggak perlu melakukan itu, lo bodoh ya?” potong Mark.

“Ya, aku memang bodoh, suka sama orang kayak kamu. Dengar! kamu tau apa alasan aku lakuin itu?........”

Hana menggantung kata-katanya, untuk apa juga dirinya memberi tahu Mark, toh Mark tidak akan peduli padanya, bahkan ingat sekalipun.

“Kenapa? biar lo terlihat kayak wonder woman yang kuat, dan gue nyesal mencampakan lo? Apa cerita seperti itu yang lo inginkan? Atau…”

“Aku cuma ingin nebus kesalahan aku, aku Cuma pengen minta maaf, pengen berterima kasih…aku juga mau kamu mengakhiri hubungan kamu sama Lia.”

“Drama Lo!”

Tidak adakah jawaban yang lebih menyakitkan dari itu? bagaimana mungkin Mark bisa menganggap permintaan Maaf Hana sebuah drama?

“Satu hal yang harus kamu tahu Mark, hasil tes laboratorium yang kamu liat.. itu bukan punya Lia, itu punya aku. Aku cuma pengen menyelamatkan kamu dari wanita itu, karna aku sayang kamu,” lanjut Hana.

Mark masih diam mencerna kata-kata gadis itu. Memang, alasan Mark berkencan dengan Lia karna gadis itu mengaku jika dirinya mengidap kanker darah stadium akhir.

Dan kini dihadapannya, seorang Hana Dee juga mengakui hal yang sama. Perasaan Mark benar-benar berkecambu,k dan ingin menyudahi semua ini.

Dan yang benar saja, Mark memilih untuk meninggalkan Hana begitu saja, ia memilih untuk menenangkan dirinya dibanding merespon ucapan Hana, membuat bening itu jatuh tiba-tiba.

Nafas Hana menjadi sesak dan kakinya mulai sulit menopang tubuhnya, sakit rasanya mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Mark.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di sofa, sementara tubuhnya ia biarkan dilantai yang dingin itu, Hana berusaha mengosongkan pikirannya, ia tidak ingin menjadi wanita yang lemah fisik maupun mentalnya, bahkan membiarkan matanya terpejam hingga tertidur disana.

    

🍁

“MINA!!” panggil Mark, saat tiba dirumah gadis itu, tidak peduli bagaimana hubungannya dengan Mina sebelumnya, ia hanya ingin memastikan sesuatu.

“MINA!” panggilnya lagi, namun hanya Ibu Mina yang menyaut dan mengatakan jika gadis itu sedang berada di rooftop rumahnya.

Lihat selengkapnya