TIME IS GONE

Dwi Budiase
Chapter #2

[BUS] Hujan Bulan Juni

SETIDAKNYA KANAYA bisa bernapas lega sebab insiden bunuh diri olehnya yang hampir merenggut nyawa itu menyebabkan biaya rumah sakit juga membengkak setelah ia koma selama sepuluh hari. Beruntung biaya ditanggung sepenuhnya oleh asuransi jiwa, Kanaya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

"Permisi, mbak. Ada rincian biaya selama saya di rumah sakit ini?"

"Baik, Anda koma selama sepuluh hari maka kalau dihitung biaya per satu malam adalah lima juta maka totalnya lima puluh juta rupiah. Belum lagi biaya perawatan intensif, sarapan tadi pagi dan pemesanan ruang VIP khusus untuk Anda yang jika ditotal semuanya adalah seratus juta rupiah!"

"Mbak Naya jangan pingsan lagi, dong! Nanti biayanya membengkak lagi!"

"Saya nggak punya uang sebanyak itu ...."

"Mbak Naya karena Anda rajin membayar premi asuransi jiwa maka pihak asuransi telah melunasi biaya rumah sakit. Sekarang Anda diperbolehkan untuk pulang. Terima kasih."

Kanaya asyik menonton televisi yang menampilkan iklan tentang keindahan dan keelokan alam Wakatobi yang terkenal indah dan cantik di mata dunia. Ia mengisi wishlist atau daftar keinginan yang harus dicapai di tahun ini misalnya membeli makanan pizza yang enak dan tidak lupa spaghetti carbonara serta beberapa daftar drama Korea terbaru yang belum ditonton. Karena ada banyak sekali daftar keinginan yang belum tercapai maka Kanaya pun memukul jidatnya berkali-kali.

"Kalau memang whislist milikku sebanyak ini maka seharusnya aku tak perlu mati!"

"Omong-omong kenapa petugas keamanan itu kelihatan murung dari tadi?"

"Silakan bertanya langsung kepada orangnya. Saya tidak pernah membicarakan atau mendengar curhatan seseorang."

"Halo, Pak. Salam kenal nama saya Naya."

"Salam kenal juga, mbak. Nama saya Bima. Ada perlu apa ya dengan saya?"

"Saya cuma mau tanya nih, Pak. Dari tadi Bapak kelihatan murung dan sepertinya lagi ada banyak masalah ya?"

"Lho, kok mbak bisa tahu isi pikiran dan hati saya? Jangan-jangan cenayang? Omong-omong umur kita nggak terlalu beda jauh jadi saya agak canggung kalau dipanggil 'Pak'."

"Oke. Kita nggak usah terlalu formal. Sini, sini duduk. Kita minum es kopi sambil cerita-cerita ya, Bim."

Lihat selengkapnya