PERPISAHAN SEKOLAH ketika bukan hanya persoalan siswa yang akan meninggalkan sekolah dengan ribuan cerita indah semasa SMA serta berpisah dari teman-teman sekelasnya tetapi saat mereka benar-benar meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya dan tak akan pernah kembali lagi untuk yang kedua kalinya.
"Saya pikir perpisahan sekolah itu hanya untuk merayakan perpisahan mereka dengan teman-teman dan guru sekolah tetapi ternyata mereka hampir benar-benar berpisah dari dunia ini dan saya nyaris berpisah dengan anak saya untuk selama-lamanya ... rencana Tuhan memang misterius ...."
"Abhin!"
Laki-laki itu membuka mata dengan kondisi wajah pucat pasi disertai jatuhnya air mata. Kedua orang tuanya begitu bahagia menatap sang anak telah siuman dan berterimakasih kepada perawat. Namun, Kanaya mendapat firasat buruk dan pada kening Abhin tersebut dalam penglihatannya telah terlihat waktu penghitung garis waktu berwarna putih yang bergerak mundur. Berangsur-angsur waktu penghitung mundur itu kini berubah warna menjadi merah yang berarti tak lama lagi pasien akan memasuki kondisi kritis.
Tak lama kemudian, Abhin kejang-kejang disertai penglihatan yang mulai kabur. Seketika seisi ruangan panik.
"Waktu hitung mundurnya berwarna merah!"
"Apa maksud Anda berwarna merah, Ibu Naya?"
"Oh, tidak apa-apa. Cepat, panggilkan dokter!"
Kanaya baru ingat bahwa kemampuannya untuk melihat detik-detik seseorang yang akan dijemput oleh maut hanya bisa dilihat oleh dirinya seorang. Dengan cemas ia segera keluar dari ruang rawat inap tersebut bersama dengan para dokter yang berlari tergopoh-gopoh seraya membawa beberapa peralatan medis.
"Dokter! Dokter! Ada apa dengan anak saya? Dia baik-baik saja?"
"Saat ini anak Anda sedang merespons ketika bangkit dari siuman jadi antara otak dan tubuh mengalami ketidakstabilan kesadaran. Mohon agar tetap tenang dan selalu berdoa demi kelancaran proses penyembuhan."
Siaran televisi nasional menampilkan beberapa berita trending topik salah satunya kecelakaan tunggal yang menewaskan satu pengendara supir bus di Kecamatan Ciater, Subang, Jawa Barat.