TIME IS GONE

Dwi Budiase
Chapter #11

[PESAN] Playlist Lagu Malam Minggu

MALAM MINGGU itu di studio radio terasa seperti biasa, penuh canda tawa dan obrolan ringan. Kanaya dan Kaori memulai siaran malam dengan antusias. Ini adalah malam yang mereka dedikasikan untuk para remaja jomblo, terutama mereka yang belum pernah merasakan manisnya cinta. “Suara Kita, Suara Remaja!” selalu menjadi tempat bagi para pendengar setia untuk menumpahkan perasaan mereka, dan malam ini, Kanaya serta Kaori sudah menyiapkan playlist khusus—lagu-lagu galau untuk mereka yang memilih menjalani malam minggu sendirian.

“Selamat malam, para jomblo tersayang!” Kaori membuka siaran dengan penuh semangat. “Tenang aja, malam minggu ini kita nggak sendirian kok. Aku dan Kanaya di sini buat nemenin kalian dengan lagu-lagu yang bisa bikin kalian semakin meratapi nasib tetapi dengan cara yang seru!”

Kanaya tersenyum, menambahkan dengan nada lembut, “Betul banget, Kaori. Kita tahu, malam minggu itu bisa jadi waktu yang berat buat sebagian dari kalian, apalagi kalau ngeliat teman-teman yang lain lagi asyik berpacaran. Tapi jangan khawatir, kita di sini buat bikin malam kalian lebih menyenangkan dengan playlist spesial ‘Galau Bersama Kamu’.”

Mereka mulai memutar lagu pertama, sebuah balada sendu yang populer di kalangan remaja. Sementara itu, kolom pesan dari para pendengar mulai penuh dengan curhatan dan permintaan lagu. Banyak dari mereka yang meminta lagu galau, membagikan cerita tentang cinta bertepuk sebelah tangan, atau sekadar bercanda tentang status jomblo mereka.

Kaori, dengan pantun khasnya, menambah suasana semakin ringan. “Ke pasar beli bakso, ketemu abang ganteng! Jangan sedih nggak punya pacar, yang penting hidup tetap tenang!” Suaranya yang ceria disambut tawa Kanaya dan para pendengar.

Kanaya pun ikut nimbrung dengan nada candaan, “Yap, daripada sedih mikirin pacar yang nggak ada, mending fokus ke diri sendiri dulu. Siapa tahu nanti malah dapat kejutan tak terduga!”

Malam itu berlangsung seperti biasanya. Lagu-lagu galau terus mengalir, dan para pendengar setia tampak terhibur oleh canda tawa mereka. Namun, di tengah deretan pesan yang masuk, ada satu pesan yang tiba-tiba membuat Kanaya terdiam.

“Hei, ini aku, Sam. Terima kasih buat lagu-lagu galaunya. Aku sudah menyiapkan tali tambang di kamar. Mungkin ini akhir ceritaku.”

Pesan itu terasa dingin, menyayat, berbeda dari yang lainnya. Kanaya terpaku menatap layar, jantungnya berdegup kencang. Ini adalah pesan dari Sam, pendengar yang beberapa waktu lalu sempat mengungkapkan kesepiannya. Tetapi kali ini, pesan Sam terdengar jauh lebih gelap, lebih putus asa.

Kaori yang duduk di sebelah Kanaya, awalnya tertawa membaca pesan-pesan lain, tapi langsung terdiam ketika melihat wajah serius Kanaya. “Kenapa, Nay? Ada apa?”

Lihat selengkapnya