Pagi ini adalah pagi pertamaku untuk memulai kelas, rasanya sangat tak karuan, senang gugup dan bingung bercampur menjelma menjadi satu sosok yang mencoba untuk menguasai diriku hari ini. Semua teman-temanku sedang sibuk bersiap untuk pergi ke aula. Sepertinya hari ini akan ada beberapa arahan dan sekilas aku mendengar bahwa Mr. Mark akan memberikan sambutan untuk kedatangan mahasiswa baru
“Kenapa Rumi?” Aku yang sedang duduk melamun di depan asrama, bersiap untuk pergi ke kelas tiba-tiba tersadarkan oleh Analise yang datang dengan memakai seragam baru yang sama denganku, ia membawakan sesuatu untukku berbentuk persegi panjang dan berwarna bening.
“Apa ini?” Segera kuambil sesuatu yang di sodorkan analis kepadaku diatasnya tertera namaku dengan jelas sepertinya ana juga memilikinya.
“Name tag.” Jawabnya singkat. Lalu memasangkannya di dada sebelah kiri. Begitupun denganku yang ikut memasangkan di dada sebelah kiriku.
“Darimana kamu dapat ini?" Aku bertanya karena memang aku tak tahu kapan dia mendapatkannya, dan kenapa aku tidak medapatkannya langsung dari pihak kampus?
“Tadi malam saat kamu sudah tidur, Mr Daniel menyusulkan name tagmu katanya dia lupa memberikannya padamu.” Pantas saja aku tidak tahu. Setelah semuanya kurasa siap, kami pergi menuju aula tempat mahasiswa baru berkumpul.
Sepanjang perjalanan menuju aula, aku sama sekali tidak melihat mahasiswa lain. Ada apa ini? kulihat jam tangan berwarna hitam yang terpasang di pergelangan tangan kananku. Setelah memastikan, ternyata memang sudah waktunya. Ah, mungkin mereka masih bersiap di asramanya.
Berbeda denganku, Ana justeru gelisah dan terus melangkahkan kakinya terburu-buru. Aku terkekeh, sepertinya antusiasmenya sangat tinggi.
Sesampainya kami disana, ternyata sudah banyak sekali mahasiswa yang berkumpul hampir memenuhi setengah aula, ku kira kami akan menjadi yang pertama tapi ternyata tidak. Yasudah lah mau bagaimana lagi walaupun sepertinya kami tidak bisa melihat langsung rektor yang berbicara di depan tapi setidaknya kami masih bisa mendengar suaranya.
“Tuh kan, kenapa si kamu nggak bangunin aku lebih pagi lagi Rum?” Ketika aku sudah duduk di kursi berwarna merah, tiba-tiba saja Analise uring-uringan tidak jelas. Wajah happy nya berubah seketika.
Belum juga kujawab dia sudah mengajakku untuk pergi kedepan melihat bangku yang mungkin saja ada yang masih bisa di tempati.
“Tuh kan, nggak ada, ayo kita balik aja ke bangku tadi.” Ajakku sedikit kesal dan kekesalanku semakin bertambah kala seseorang menempati bangku kami yang baru saja ditinggal beberapa menit tadi. Terpaksa kami duduk di kursi paling belakang.
Kini berbalik, aku yang kesal pada Ana karena sudah mengajakku mencari bangku yang jelas-jelas belum tentu ada.