TINTA HITAM

Rizki Mubarok
Chapter #1

Senjata Terakhir

Pukul dua belas malam, sunyi yang pekat mendadak pecah oleh dentang lonceng yang menggema lantang di udara. Suaranya menyayat kesunyian, menjadi isyarat bahwa perang telah dimulai. Dalam sepersekian detik, ledakan ranjau menghancurkan pekarangan, menciptakan kepanikan yang menyebar liar. Asap hitam membubung tinggi, menelan pandangan di tengah malam yang kelam.

Di kejauhan, suara komandan menggema, membelah cakrawala yang bisu. Satu kompi melaju, diikuti yang lain, tanpa jeda atau keraguan. Mereka bergerak cepat, seolah kematian bukan lagi hal yang menakutkan. Aku sendiri berlari menuju utara, mencoba mencari secercah harapan di tengah reruntuhan yang berserakan. Setiap langkah terasa berat, namun aku tak punya pilihan selain terus maju.

Di sudut puing-puing yang tersisa, tubuhku gemetar. Ujung laras senjata terasa dingin di pelipisku, seolah kematian berdiri begitu dekat, menyapaku tanpa belas kasihan. Kilat menyambar di kejauhan, menambah kengerian yang menggantung di udara. Namun di dalam hati, ada bara yang menyala, menolak padam meski gelap menguasai segalanya.

Dalam keputusasaan, aku merapal doa dengan sisa kekuatan yang kupunya. Peluru telah habis. Tak ada lagi amunisi untuk melawan kecuali satu hal: pena di genggamanku. Senjata terakhir yang kupunya untuk melawan dunia yang tak kenal ampun. Dalam diam, aku berjanji, meski perang menghancurkan segalanya, kata-kataku akan terus hidup, menembus batas waktu dan kenangan.


Lihat selengkapnya