Kasih sayang seorang ibu adalah cahaya yang tak pernah padam. Ia menyala bahkan di saat hujan deras membasahi harapan, di kala badai kehidupan mengguncang tiang-tiang keyakinan. Kasih itu tak goyah, tak pernah lelah meski dihantam kerasnya ujian yang datang bertubi-tubi. Seperti matahari yang terbit setiap pagi, hangatnya selalu ada, bahkan ketika dunia terasa dingin dan kelabu.
Di rumah yang sederhana, di antara dinding-dinding yang menyimpan cerita lama, seorang ibu berdiri tegar. Tangannya yang kasar oleh waktu masih setia merawat, membelai lembut kepala anak-anaknya. Hatinya menjadi taman yang selalu berbunga, meski di pekarangan rumah tak ada kebun yang indah atau harum bunga mawar. Ia merawat cinta di tempat-tempat yang tak terlihat, di relung hati yang tak bisa dijangkau oleh mata.
Hujan boleh mengguyur tanpa ampun, membawa pergi impian yang pernah ia tanam di masa muda. Namun, kasihnya tetap bertahan. Badai boleh menerjang, memporak-porandakan rencana yang pernah ia susun rapi. Tapi, cintanya tak pernah mati. Ia bertahan dalam keheningan malam ketika anak-anaknya tidur lelap, mendoakan yang terbaik meski bibirnya tak lagi banyak bicara. Setiap tetes air mata yang jatuh bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti betapa dalamnya cinta seorang ibu.