TINTA HITAM

Rizki Mubarok
Chapter #11

Ombak Asmara Yang Tak Pernah Reda

Ada sesuatu yang bergetar di antara kita—sesuatu yang lebih keras daripada lonceng di kejauhan. Suaranya menggema di relung hati, menyelinap di balik tirai malam yang pekat. Dalam kesunyian itu, aku merasakan denyut hangat yang tidak pernah pudar. Seperti dua nada yang berpadu, aku dan kamu melebur menjadi satu, menyatu dalam harmoni yang hanya kita pahami.

Ketika malam tiba dan kesepian mencoba menyelinap di sela-sela jarak, aku membiarkan kenangan tentangmu menjadi penghibur yang paling setia. Di balik batas ruang yang memisahkan, aku membayangkan kita berdansa di atas kepingan rindu—rindu yang tak pernah benar-benar pergi. Setiap kali aku memejamkan mata, aku bisa merasakan kehadiranmu, seolah jarak hanyalah ilusi yang tak mampu menghapus jejak kita.

Ombak asmara ini membuncah lebih deras di dadaku, semakin liar setiap aku mengingat tatapanmu yang lembut. Namun, aku menahannya sekuat tenaga, melawan arus kerinduan yang berusaha menyeretku dalam lautan rasa. Jarak bukan penghalang, tetapi ujian bagi hati yang memilih bertahan. Karena aku tahu, kita bukan sekadar kisah yang singkat. Kita adalah sepasang kata yang tak akan pernah ada habisnya—sebuah cerita yang terus mengalir, meski dunia berubah.

Aku mencintaimu, lebih dari yang mampu diungkapkan kata-kata. Itulah sebabnya aku memohon kepada waktu agar membiarkan kita kekal. Kekal dalam perasaan yang tumbuh dan dirawat setiap hari, seperti bunga yang mekar di musim semi. Aku ingin setiap detik menjadi saksi bahwa cinta ini tidak akan memudar, meski badai datang dan waktu berlalu.

Aku percaya, selama kita menjaga pertemuan hati ini, tidak ada yang mampu meruntuhkan apa yang telah kita bangun. Karena dalam setiap ombak asmara yang menghantam, aku selalu menemukan kekuatan untuk mencintaimu lebih dalam, lebih abadi—sampai tak ada lagi jarak yang mampu memisahkan kita.


Lihat selengkapnya