Jam istirahat pun tiba, Arashi hanya terdiam di sudut kelas. Di tempat dia duduk, teman-temannya pun keluar menuju kantin. Termasuk Leonardo, Ganesha dan Satria. Bersama cute girl yang terdiri dari Ningrum Ariestya, Nathania Ribka, Natasha Ardilla, Citra Lestari.
Wenda Arinda Nila pun tidak keluar kelas, bersama teman-temannya yang lain. Kini, hanya tinggal Arashi dan dia saja. Sama-sama berada di sudut kelas itu. Nila pun sesekali melihat ke arah Arashi dengan pandangan biasa saja. Dan kemudian, beralih kembali melihat kembali ke mejanya.
Arashi pun merasa dirinya sedang di awasi oleh Nila. Dan dia pun tidak peduli, Arashi pun meneruskan tulisan yang belum selesai di tulis itu. Arashi pun menyalin dari kertas yang di buat lecek sama Leonardo tadi.
Dengan tangan yang terasa perih, yang telah dia balut dengan bungkusan kain putih yang kebetulan dia menyediakannya dari rumah. Arashi pun memaksakan dirinya untuk terus menulis, meski kain putih itu berubah warna menjadi warna merah secara perlahan-lahan.
Nila yang melihat itu, sedikit terkejut.
"Pasti itu karena ulah nya Leo dan temen-temen nya." Gumam Nila dalam hatinya.
Nila ingin sekali menanyakan sesuatu dengan Arashi, namun teman-temannya sudah sepakat untuk tidak melakukan interaksi dengan Arashi sedikit pun.
Bel sekolah pun berbunyi..
Waktunya mereka pulang, Arashi pun membereskan barang-barang nya dan segera pulang. Jika tidak langsung pulang, pastinya dia akan terkena semprotan ibunya lagi. Berbeda dengan Zarkasyi dan Salsabila yang tidak di permasalahkan. Apalagi Zarah, karena dia paling kecil di keluarga itu.
Arashi pun turun dari angkutan umum dan kemudian lanjut pulang menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Rasa perih dan lelah menjadi satu, tapi itu bukanlah penghalang bagi dirinya untuk terus berjuang. Meski dia sempat beberapa kali menyerah pada keadaan. Dan ingin sekali merencanakan bunuh diri. Akan tetapi, dia mengingat kembali kalau dia melakukan hal itu adalah dosa besar.
Setibanya di rumah, Arashi segera menuju kamarnya. Menaruh tasnya dan berganti pakaiannya sambil mengambil obat merah untuk menghilangkan rasa perih yang dia rasakan pada kedua tangannya itu. Ibunya tidak boleh mengetahui nya, jika tahu Arashi akan di hukum. Karena ibunya berfikir dia berkelahi.
Arashi sempat berfikir, apakah dia benar-benar bagian dari keluarganya saat ini. Hal itu tidak dapat dia temukan bukti-buktinya.