BAB 5
SELAPANAN
MINGGU kliwon adalah weton kelahiran yudis. Sudah menjadi tradisi di kampung itu, setelah bayi menginjak usia tiga puluh lima hari akan diadakan acara selapanan. Sebelum melakukan ritual selamatan dengan mencukur dan memotong kuku bayi, sore harinya para tetangga ngalong {1} ke rumah laksmi untuk bersama-sama membuat tumpeng bancaan. Nasi putih dan gudangan atau urap yang terdiri dari kacang panjang, sayur lembayung, tauge, yang diberi bumbu parutan kelapa dengan telur rebus sebagai lauknya, kemudian dipincuk menggunakan daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk, nantinya akan dibagi-bagikan kepada kerabat atau anak-anak kecil di lingkungan sekitar rumah laksmi.
“Bu, ini rambut dan kuku yang sudah dipotong harus disimpan bersama tali pusar dan kotoran kelelawar ya.” Kata Mbah Nyarmi, dukun bayi yang menjaga warisan budaya leluhur itu. “Kalau bukan Kita yang melestarikannya, lalu siapa lagi? Jangan sampai orang jawa kehilangan jati dirinya.” Lanjutnya menasehati sambil mengolesi kepala bayi menggunakan dadap aren.
Tanpa banyak kata laksmi mengiyakan. “Nggih, Mbah.” (“Iya, Mbah.”)
Mbah Nyarmi menyerahkan Sutejo Junior kepada Laksmi sambil berkata. “Nduk, tumpenge ndi? Tak dongani sik.”(Nak, tumpengnya mana? Saya doain dulu.”)
“Nggih Mbah, sekedap.” (“Iya Mbah sebentar”) Kata Laksmi yang memutar kepalanya kearah dapur. “Mbak tumpengnya ditunggu.” Laksmi sedikit berteriak dari ruang depan.
Seorang tetangga membawakan sebuah tumpeng yang dilengkapi bawang merah, cabai merah, telur dan ithuk-ithuk berupa bathok bolu dengan wadah daun pisang yang nantinya akan diletakkan pada tempat tidur bayi yang bertujuan untuk mengelabuhi makhluk halus, sehingga bayi pun tidak akan mengalami gangguan atau mara bahaya kedepannya.
“Silahkan Mbah.” Kata Laksmi tersenyum dengan membuka tangan kanannya, sementara tangan kirinya menyangga bayinya.
Mbah nyarmi memulai prosesi doa, meski dukun bayi jawa, namun beliau tetap berpegang pada ilmu agama. Bibir nginang {2} mbah nyarmi komat-kamit mengucapkan lafadz doa memohon perlindungan si jabang bayi yang diberi nama yudis sutejo itu.
‘U’iidzuka bi kalimaatillaahit taammaati min kulli syaithoonin wa haammah, wa min kulli ainin laammah.
Aku berlindung pada-Mu dengan untaian-untaian kata Allah yang sempurna dari setiap setan, hewan mematikan yang berkeliaran pada malam hari, dan pandangan mata yang penuh iri dan dengki.
“Sudah. Nduk, ojo lali minum jamu sing lengkap supoyo awake tetep langsing.” (Nak, jangan lupa minum jamu lengkap supaya tubuh tetap langsing.)