TIRA Miss You

Rosalia
Chapter #13

BAB 12 SEBATAS ANGAN

BAB 12

SEBATAS ANGAN

    PAGI itu yudis terpegun dari mimpinya gara-gara suara dengungan corong speaker yang dicagak bambu setinggi lima meter. Ya tetangga sebelah rumahnya sedang mantu, itu sudah menjadi adat istiadat warga kampung ronggo jika sedang mempunyai hajat, entah perkawinan, khitanan, selapanan bayi bahkan syukuran pengajian. Menyewa speaker dan sound system hitam besar-besar dua buah, berisi lagu-lagu yang disesuaikan dengan rincian acara, bisa dangdut, campur sari hingga pop klasik untuk mengundang keramaian. Matanya masih enggan beranjak, namun aroma bawang goreng dari dapur itu membuat hidungnya terus-terusan mengendus. “Kenapa baunya menggoda sekali.” Katanya tanpa suara di bawah selimut tebal yang menelungkupi tubuh sedangnya. Tak terlalu tinggi juga tidak pendek.

  Sreenggg! sreengg! Sreengg!

 Sudah tak tahan dengan berbagai suara dan bau yang mengacak-acak hangatnya selimut, yudis menyeret tubuhnya, memaksa untuk menerima sensor dari dapur yang tak jauh dari kamarnya itu.

 “Boleh lah setiap hari makan seperti ini, Bu.” Ucap Yudis setelah meletakkan tangan yang menutupi mulutnya saat menguap.

 “E… e…e…, itu punya Bu Irah Dis, tadi Ibu diminta tolong memasak untuk para tamunya.” Lirik Laksmi sembari melanjutkan menggoreng bawang.

Yudis menghela nafas panjang. “Heuh. Sejak kapan Kamu bisa memasak, Dik?” goda Yudis sambil menyomot tempe yang digoreng Tira.

 Aktivitas masak rewang {1} tetangga yang sedang mempunyai hajat atau mantu, memang sudah menjadi tradisi di kampung itu. Tak ada tarif yang dipasang alias gratis. Dalam suasana riuh keramaian perkawinan tetangganya itu terbesit dalam benak laksmi tentang nasib anaknya.

“Yudis, Kamu nggak pernah membawa pacarmu ke rumah?”

Seketika yudis tersentak menyemburkan air putih yang hampir saja melewati tenggorokannya yang mengering.

“Kalau Tira?” bola mata Laksmi berputar menoleh ke arah Tira yang sedang menaburi mie goreng jawa dengan bawang goreng di atas meja makan.

 Sontak iris mata yudis dan tira bertemu dalam meja makan itu. Saling memandang dengan cara yang berbeda, penuh makna.

“Heuh. Ditanya kok malah diam sih?” Laksmi berdiri dari duduknya usai mengulek cabai merah, bawang merah, bawang putih, garam dan terasi.

 “Ah, Ibu Aku masih trauma, takut kalau-kalau tidak bisa menghidupi keluargaku kelak dengan statusku saat ini sebagai pengangguran.” Kilah Yudis menahan rasa gemetar di hadapan ibunya dengan memainkan sendok di depannya.

“A-Aku juga masih kecil, Bu. Belum tamat sekolah malah.” Sahut Tira terbata-bata dengan perasaan cemas.

Laksmi hanya tersenyum kecut mendengar pengakuan kedua anaknya.

“Maafkan Ibu, belum bisa menjadi yang orang tua yang baik untuk kalian?”

Lihat selengkapnya