Tira

wulan widi Astuti
Chapter #2

Chapter 2

Saat ini Tira berada di UKS sekolahnya. Perkataan Yura terus terngiang-ngiang di kepalanya bagai kaset rusak. 

'Lo nggak lebih dari kuman di sekolah ini. Jadi jangan beranggapan Lo itu berkuasa di Sekolah ini karena kebaikan Ayah Gue'

Ia tahu jika bukan karena kebaikan ayah Yura mungkin sekarang ia dan keluarga pantinya tidak dapat hidup. 

Dulu sekali Ayah Tira membantu Bundanya dan adik-adiknya mendapatkan tempat tinggal.

Sebenarnya sebelum bangunan Panti asuhan yang sekarang mereka tinggali, seluruh penghuni panti tinggal di rumah kontrakan. Namun karena Bunda tidak mampu membayar kontrakan, mereka di usir dari kontrakan.

Ditengah-tengah keputus asaan mereka dalam mencari tempat tinggal baru, tiba-tiba saja Ayah Yura datang dan membantu mereka dengan memberikan rumahnya yang tidak terpakai untuk digunakan sebagai panti asuhan.

Namun, mulai saat itu juga Yura sering mem-bully-nya. Yura beranggapan Tira tak lebih dari sekedar orang beruntung yang mendapatkan kebaikan hati ayahnya. Seperti tadi pagi Yura menyiramnya dengan air es. Yura berpikir bahwa Tira tidak pantas mendapatkan teman dan kasih sayang. 

"Huft.. tak apalah ini demi kebaikan semua orang" lagi dan lagi Tira hanya mampu menyemangati diri sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 15.30. itu artinya sekarang sudah bel pulang. Ia tidak mengikuti jam pelajaran terakhir. Dan untuk pertama kalinya Tira berbohong kepada gurunya. Ia mengatakan pada gurunya bahwa ia tidak enak badan. Namun sebenarnya itu hanya alasan agar ia bisa menyendiri.

Pikirannya terus berkeliaran saat perjalanan pulang. Ia hanya menunduk menatap sepatu dan jalanan. Mungkin hidupnya memang tampak menyedihakn, tetapi ia merasa bahagia dengan kehidupannya saat ini. Mungkin di masa depan ia akan lebih bahagia. Tetapi jika ia tak terbiasa hidup seperti ini, mungkin ia akan bisa menghadapi kehidupan di masa depan yang lebih sulit lagi.

Ia tidak memperhatikan jalanan di depannya. Saat ia menyebrangi jalan raya. 

Tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh. Orang-orang disekitarnya meneriakinya.

"AWAS MOBIL"

Seketika ia tersadar, walaupun begitu ia segera menyadari keadaan. Ia menengok ke samping, seketika matanya membulat. Ia terkejut.

Ia ingin berteriak tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Ia hanya bisa memejamkan mata. 

1

2

3

4

5

Kenapa setelah 5 detik ia tidak merasakan apa-apa. Tira takut. Tapi ia mencoba meyakinkan dirinya ia perlu membuka matanya.

Seketika ia merasakan jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Seolah-olah ia tengah mengikuti maraton. Tepat dihadapannya seorang laki-laki memeluknya. Sambil ikut memejamkan mata.

Nafas mereka sama-sama terengah-engah. Beberapa saat sunyi laki-laki tadi menundukkan kepalanya. Tira masih memejamkan mata.

Lihat selengkapnya