“Dimas mana, sih?” gerutu Keira untuk kesekian kalinya sambil bolak-balik melihat jam di pergelangan tangannya.
Keira mengikat rambut panjangnya asal-asalan. Jakarta siang itu terasa lebih panas dari biasanya dan menunggu di parkiran sekolah ketika matahari sedang berada tepat di atas kepala, membuat peluhnya bercucuran.
Mata bulat Keira yang selalu menarik perhatian siapa pun yang menjadi lawan bicaranya, kini terus melihat ke arah gerbang sekolah dan memperhatikan satu per satu orang yang keluar dari sana.
“Sori-sori, gue telat,” seru yang ditunggu sambil berlari tergopoh-gopoh ke arah Keira. “Gue tadi ada rapat OSIS dadakan. Ini juga jadinya izin pulang duluan, deh.”
Keira berdecak sebal. “Duh, Dim, lo kan tau kalau hari ini penting banget buat gue. Kalau lo nggak bisa tuh bilang, jadi kan gue bisa pergi duluan naik ojek.”
“Gue bisa kok. Tadi itu dadakan aja rapatnya, gue sampai bela-belain izin sama Pak Theo, nih.”
Keira masih cemberut. Dia tahu Pak Theo si pembina OSIS sekaligus guru matematika mereka yang terkenal disiplin itu tidak akan mudah memberi izin tanpa alasan yang jelas. Kalau Dimas akhirnya bisa pulang duluan, artinya dia melakukan segala cara untuk meyakinkan Pak Theo.
“Tapi kan nggak perlu maksain kayak gini, Dim,” sambung Keira lagi. Nada suaranya mulai melunak.
“Gapapa, kan gue udah janji nemenin.” Dimas meremas pelan bahu Keira. “Lo nggak perlu sendirian.”
Keira memalingkan wajah dengan cepat, menghindari tatapan Dimas. Entah kenapa perkataan Dimas yang sebenarnya casual tadi menimbulkan sensasi yang berbeda di hati Keira.
Sahabatnya itu memang selalu punya cara untuk memenangkan hatinya. Keira tidak pernah bisa marah lama-lama kepada laki-laki yang sudah dikenalnya sejak kecil itu.
“Ya udah, yuk cepetan. Mana helmnya?”
Dimas memberikan helm tambahan yang selalu dibawanya setiap hari, jaga-jaga kalau sahabatnya ini nebeng, kepada Keira. Dengan cepat dia menyalakan mesin motornya dan mengantarkan Keira ke studio latihan Crown, tempat yang sudah menjadi rumah kedua untuk sahabatnya itu.
Beruntung jalanan cukup bersahabat, Dimas dan Keira bisa sampai di studio latihan tepat waktu. CROWN adalah nama klub cheerleader SMA Devasca, sekolahnya Dimas dan Keira. Klub cheers sendiri merupakan salah satu ekstra kulikuler yang ada di Devasca. Karena peminatnya selalu bertambah setiap tahun dan prestasi yang berhasil CROWN torehkan, akhirnya pihak sekolah memberi fasilitas dengan menyewa studio latihan khusus dengan fasilitas yang lebih memadai di luar sekolah.