Keira lupa kapan tepatnya dia mendapatkan kartu-kartu bergambar tiramisu di laci meja kelasnya. Kartu-kartu tanpa nama pengirim, lengkap dengan kata-kata penyemangat di baliknya seperti :
Semangat, Keira!
Have a nice day, Kei
Sukses, ya ujiannya. Kamu pasti bisa
Dan kata-kata lainnya yang bisa membuat Keira tersenyum setiap pagi.
Nggak usah ditanya seberapa besar rasa penasaran Keira dengan pengirim kartu-kartu itu. Namun rupanya sang pengirim memang berusaha sedemikian rupa supaya identitasnya tidak diketahui. Tulisan-tulisan di kartu pun bukan tulisan tangan yang mudah dicari pemiliknya, melainkan ketikan komputer yang ditempel di belakang kartu. Keira sudah berhenti mencari. Baginya kartu-kartu itu merupakan bentuk perhatian seseorang di luar sana yang ingin melihatnya selalu tersenyum. Seseorang yang diam-diam ikut bahagia ketika melihatnya bahagia.
Dan kini melihat kartu-kartu yang selama ini Keira susun rapi di sebuah kotak di kamarnya telah berpindah tangan ke seseorang yang seharusnya tidak menyentuhnya, membuat Keira tidak hanya terkejut, tapi juga sedikit marah.
“Lo ngapain di sini?” tanya Keira. “Dan kartu-kartu itu kenapa bisa ada di tangan lo?”
“Eh, udah pulang, Kei?” Dengan cepat Canti merapikan kembali kartu-kartu yang sejak tadi menarik perhatiannya ke dalam kotak. Dia tersenyum untuk menutupi kekagetannya. “Sorry, gue masuk kamar lo tanpa izin. Tadinya gue mau pinjam buku kimia, tapi karena lo belum pulang jadi gue tungguin aja.”
Keira melangkah dan merebut kotak di tangan Canti. “Udah tahu gue belum pulang, kenapa sembarangan masuk kamar orang terus buka-buka barang pribadi gue tanpa izin?”
“Maaf,” sesal Canti. “Gue tadi penasaran lihat kotaknya bagus banget. Gue baru lihat sebentar kok, Kei, keburu lo datang.”
Keira mempererat pegangannya pada kotak tersebut seolah khawatir Canti akan merebutnya. “Gue nggak suka ya, lo masuk kamar gue seenaknya dan pegang-pegang barang pribadi gue tanpa izin.”
“Iya, maaf ya, Kei. Gue janji nggak akan kayak gitu lagi.” Canti mengacungkan kedua jari di tangan kanannya berusaha menunjukkan kesungguhannya sambil tersenyum semanis mungkin, berharap sikap Keira melunak. “Eh, tapi tadi tuh gue sempat lihat kartu-kartu lo, Kei. Keren deh, lo punya penggemar rahasia gitu. Kok tiramisu, sih?”
“Mungkin karena gue memang suka tiramisu,” jawab Keira sambil mencari buku kimia di rak bukunya. Dia ingin segera mengusir Canti dari kamarnya. “Nih, buku kimia yang lo minta tadi. Bawa aja, gue juga belum butuh kok.”
“Oh gue baca di sini aja, Kei. Cuma sebentar kok, kebetulan buku gue kan memang belum datang dan ternyata beda sama buku di sekolah lama.”
Yaelah, ngapain sih lama-lama di kamar gue lagi, batin Keira.
Keira mengurungkan niatnya berganti pakaian dan bermalas-malasan sebentar di kasurnya sambil mengecek feed Instagram. “Lo kenapa join CROWN nggak bilang-bilang dulu sama gue?”
“Gue memang belum sempat cerita, tadinya mau kasih surprise sekalian sama acara penyambutan tadi. Lagipula, gue memang baru join seminggu yang lalu.”
“Tapi kenapa CROWN? Lo bisa ikut eskul apa aja, kenapa sekarang tiba-tiba pilih cheers tepat di saat gue juga ikutan cheers lagi?”
“Mama yang minta Canti ikut audisi penerimaan CROWN.”