“Give me C, Give me R, Give me O, Give me W, Give me N...Gooo CROWN!!” Yel-yel yang diteriakan semua anggota CROWN menjadi pembuka latihan siang itu. Kali ini CROWN latihan di pinggir lapangan sekolah berbarengan dengan latihan tim basket putra. Sesekali CROWN memang langsung latihan di lapangan, tidak selalu di studio latihan. Tujuannya untuk menguji kesiapan tampil di lapangan secara langsung.
Sementara itu di kejauhan tampak Leon baru saja berhasil melakukan three point shoot. Dia melihat ke arah Keira dan melambaikan tangan sambil tersenyum. Keira spontan membalas lambaian Leon. Manda yang duduk tepat di sebelah kanan Keira, berbisik, “Kei, itu Kak Leon dadahin lo?”
Keira mengangguk. “Kenapa memang?”
“Kok bisa akrab banget kalian?”
Keira mengernyitkan kening, mencoba menangkap arah pertanyaan Manda. “Jangan bilang lo lagi PDKT sama Kak Leon.”
Bukannya menjawab pertanyaan Manda, Keira malah menantang, “Kalau iya, emang kenapa?”
“Hah gila, kakak adik suka cowok yang sama, seru banget nih.”
“Maksud lo, Canti naksir Kak Leon?” Keira memutar tubuhnya menghadap Manda dan semakin tertarik dengan pembicaraan ini.
“Lo nggak tahu?” tanya Manda lagi. “Mereka kan pernah pacaran.”
“Lo tahu dari mana?”
“Kami bertiga kan satu SMP. Waktu Kak Leon kelas sembilan mereka pernah pacaran. Gue sama Kak Leon lanjut ke SMA Devasca, Canti lanjut SMA di Bogor. Eh nggak nyangka sekarang Canti malah pindah lagi ke Jakarta dan sekarang kita bisa satu sekolah lagi.”
“Terus sekarang masih?” Keira semakin penasaran.
“Ya nggak lah, setahu gue juga mereka putus sejak Canti pindah ke Bogor.”
“Nggak bisa pacaran jarak jauh?” tanya Keira berusaha terlihat santai agar tidak menimbulkan kecurigaan Manda.
“Nggak tahu juga, ya. Gosipnya sih Kak Leon kan playboy gitu, banyak cewek-cewek yang deketin. Canti malas juga kali.”
Keira melihat ke arah Canti yang sedang belajar teknik dasar menari dengan Jessy dan Kinan. Sebuah ide menarik terlintas di benaknya. Baru memikirkannya saja sudah berhasil membuat Keira tersenyum lebar.
**
Waktu sudah menunjukkan pukul lima ketika Dimas menyudahi rapat bersama anggota OSIS yang lain. Ada banyak kegiatan menjelang akhir semester ini. Sebagai ketua OSIS, Dimas harus memeriksa setiap proposal kegiatan yang masuk dan membuat laporannya.
Sekolah sudah hampir sepi karena kegiatan ekskul biasanya sudah selesai sekitar pukul tiga sore. Hanya tinggal beberapa siswa kelas XII yang masih asyik bermain basket di lapangan.
Dimas menghentikan langkahnya ketika didengarnya sayup-sayup suara di ruang musik. Dibukanya pintu ruangan tersebut perlahan dan Dimas mendapati pemandangan yang tidak biasa. Dia melihat Canti sedang berlatih seorang diri dengan menggunakan musik yang diputar dari CD Player.
Posisi badan Canti yang membelakangi pintu membuatnya tidak menyadari kehadiran Dimas. Dia masih asyik mengikuti alunan musik, berputar-putar dan meliukkan badannya berulang-ulang. Sesekali Canti berhenti ketika dirasa gerakannya masih ada yang salah, kemudian dia mengulangnya lagi, terus seperti itu sehingga peluhnya bercucuran dan membuat bajunya basah.