Tiramisu Cake

Mita Vacariani
Chapter #5

Dimas and His Heroic Action

Keira cranky seharian. Tadi pagi dia bertengkar dengan mama. Lagi. Alasannya sederhana, Keira tidak terima karena dianggap berbicara ketus kepada Canti. 

“Lo kepo banget sih jadi orang,” jawab Canti jutek ketika Keira bertanya alasan dia pulang bareng Dimas kemarin. “Dimas kan teman gue juga, nggak masalah, kan kalau kami pulang bareng.”

Tidak puas dengan jawaban Canti, Keira memutuskan untuk menanyai Dimas langsung. Namun, jawaban sahabatnya itu di WhatsApp juga tidak memuaskan sama sekali. Dia bilang kebetulan saja mengantarkan Canti pulang. Jelas Keira tidak semudah itu percaya. Dia yakin pasti ada cerita lain di belakangnya.

“Jelas masalah,” sambung Keira. “Dimas itu sahabat gue, gue nggak mau lo mempengaruhi dia yang nggak-nggak. Gue cuma antisipasi aja, takutnya ada serigala berbulu domba yang mau nusuk dari belakang. Dan serigalanya itu elo.”

Sayangnya, ucapan Keira barusan bertepatan dengan mama yang sedang melintas. Terang saja mama langsung menegurnya.

Sejak kapan nada bicara menjadi begitu penting bagi Mama? Setiap kali dia berbicara dengan Canti selalu dibilang ketus dan selalu dia yang dimarahi. Kenapa Mama tidak bertanya lebih dahulu apa masalahnya? Kenapa Mama juga tidak mau mengerti kalau Keira kesal melihat Canti yang tiba-tiba dekat dengan Dimas?

Gara-gara pertengkaran itu juga, Keira jadi meninggalkan buku cetak fisikanya di atas meja. Buku itu memang sengaja dikeluarkan dari tas supaya bisa dibaca selama perjalanan ke sekolah. Tapi bertengkar dengan mama membuatnya pergi buru-buru dan bukunya tertinggal.

Sekarang Bu Fani, guru fisikanya yang terkenal killer itu sudah berdiri di depan kelas. Bu Fani paling tidak suka kalau ada muridnya yang tidak membawa buku pelajarannya. Menurutnya, kalau buku saja tidak dibawa berarti murid itu memang sejak awal sudah tidak niat belajar.

“Baik anak-anak, sekarang keluarkan buku cetak kalian, kita akan belajar materi baru,” kata Bu Fani begitu masuk kelas.

Keira mulai gelisah. Rani teman sebangku Keira menangkap ada yang tidak beres ketika dilihatnya Keira tidak mengeluarkan buku apa pun dari tasnya. “Lo kenapa, Kei?”

“Buku cetak gue ketinggalan, Ran. Mampus deh gue,” bisik Keira.

“Hah? Yakin lo? Coba periksa lagi,” jawab Rani ikutan panik.

Keira mengangguk. “Iya, kayaknya memang ketinggalan di rumah.”

Keira kemudian mengeluarkan buku cetak lain dari dalam tas untuk mengelabui Bu Fani. Tapi Bu Fani adalah guru yang selalu berkeliling setiap kali mengajar. Hanya tinggal tunggu waktu saja untuk Bu Fani mengetahui kesalahannya.

Dimas yang duduk di depan bangku Keira dengan cepat menangkap ada yang tidak beres dengan kedua temannya.

“Kenapa, Kei?” bisik Dimas sambil sesekali melirik ke depan. Bu Fani masih fokus mencatat sesuatu di papan tulis sehingga membelakangi murid-murid.

Lihat selengkapnya