“Kita harus merayakan kemenangan kamu, Kei.”
Seperti merasa di atas angin, Leon semakin gencar mendekati Keira. Setelah selesai audisi kemarin, tanpa sungkan Leon menghampiri Keira. Bukan hanya mengucapkan selamat atas kemenangan Keira, Leon juga menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Awalnya Keira enggan untuk menerima tawaran tersebut karena ada Dimas di sana. Namun, melihat Canti yang terus memandang mereka dengan tatapan cemburu, Keira merasa harus memanfaatkan situasi ini. Pikirnya, Dimas pasti mengerti.
Ternyata Leon serius dengan ucapannya untuk mengadakan perayaan atas kemenangan Keira.
“Nggak usah, Kak. Kayak apaan aja sih dirayain segala,” tolak Keira secara halus. Rasanya terlalu berlebihan membuat perayaan atas terpilihnya dia sebagai penampil solo dance. Apalagi Leon mengajaknya sekalian hangout dengan teman-temannya. Itu artinya Keira harus bergabung dengan geng-nya Leon yang tergolong highclass. Sudah pasti ada Jemmy dan Andre, dan kemungkinan ada Cindy, Via, dan Siska yang terkenal selalu mengikuti Leon. Fakta bahwa mereka adalah kakak kelas juga membuat Keira semakin tidak nyaman.
“Nggak apa-apa, Kei. Sekali-kali jalan sama teman-teman aku juga, biar makin akrab,” ujar Leon lagi. “Mereka-nya juga udah OK, kok.”
Keira masih berusaha untuk menolak. “Aduh apalagi kalau perginya sama teman-teman Kakak, aku malah makin nggak enak.”
“Kalau kamu mau, ajakin aja sekalian teman-teman kamu. Mau, yah?”
Keira berpikir sebentar. Ngajakin Dimas, sudah pasti ditolak mentah-mentah. Gwen juga pasti nggak mau apalagi kalau barengan sama cewek-cewek senior yang konon katanya kurang ramah.
Leon mengeluarkan segala bujuk rayunya untuk mengajak Keira jalan. Akhirnya Keira mengangguk pelan. Dia terkesiap ketika tangan Leon terulur lalu mengusap puncak kepala Keira.
“Gitu, dong. That’s my girl.”